Perjuangan Seorang Remaja Tunarungu Jadi Penari Jaipong Berprestasi


harian44, Bandung - Mempunyai sebuah keterbatasan tidak menghalangi siapa pun untuk menorehkan prestasi, selama diri mempunyai niat dan keinginan kuat. Salah satunya ditunjukkan oleh Assyiffa Dindha.

Remaja yang berusia 15 tahun tersebut merupakan sebuah penyandang difabel rungu, tetapi dirinya juga telah mampu menjadi seorang penari jaipong yang sangat berprestasi.

Ati Sumiati (40), ibunda dari Assyiffa, mengatakan bahwa, anak keduanya lahir dalam keadaan normal. Bahkan, pada usia nya yang beberapa bulan sejumlah kata sempat terucap dari bibirnya.

" Ketika dirinya di usia 11 bulan, dia mengalami sakit dan dibawa berobat," ucap Ati, Kamis (12/12/2019).

Dokter memberi Assyiffa sebuah obat untuk mengobati rasa sakitnya. Tidak disangka, tubuh dari warga Rancatungku, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, tersebut menolak antibiotik yang diberikan oleh dokter.

" Ternyata dirinya alergi terhadap antibiotik. Makanya setelah driinya meminum antibiotik, langsung drop, panas tinggi sampai badannya biru," tegasnya.

Akibatnya, bagian dari saraf pendengaran Assyiffa terganggu. Pendengarannya pun menjadi melemah.

Saat dirinya masih kecil, Ati sempat membawa Assyifa untuk segera mengobati pendengarannya. Dokter menyarankan untuk dirinya dapat diberi implan.

" Memang untuk dapat melakukan operasi di-cover oleh BPJS, tapi alatnya yang di butuhkan juga sangat mahal. Dulu itu harganya dari operasi tersebut bisa mencapai Rp200 juta. Saya tidak ada uang," tegasnya.

Ati hanya mampu memberikan alat bantu dalam dengar yang harganya tentu juga tidak murah. " Untuk dapat membeli alat bantu dengar saja, saya harus jadi TKI," ucapnya.

Kakak Setia Mendampingi

Akibat dirinya yang tak mampu mendengar, Assyiffa juga tidak bisa bicara. Ati kemudian mulai menyekolahkannya ke SLB. Saat dirinya beranjak kelas 5 SD, Assyiffa mengungkapkan bahwa dirinya mempunyai sebuah keinginannya untuk bisa menari. Ati kemudian memasukkan anaknya itu ke tempat les menari.

Seiring seringnya dirinya berlatih, Assyiffa makin mahir dalam menari jaipong. Bahkan, tariannya sendiri juga tidak kalah dengan orang-orang normal. "Sebenarnya dirinya saja tidak bisa mendengar musik. Namun hanya dengan gerak, alat bantu dengarnya juga tidak bisa berfungsi kalau di tempat ramai atau suara yang keluar dari sound," ucapnya.


Walaupun demikian, gerakannya yang sangat pas dengan ketukan musik yang mengiringi tariannya. Ati telah mengungkapkan ada rahasianya terletak pada pendamping Assyiffa ketika dirinya yang tampil di atas panggung. Pendamping dari Assyiffa adalah Chyntia Eka (20) yang tidak lain adalah kakak kandungnya sendiri atau putri pertama Ati.

" Jadi kalau dirinya sedang menari, kakaknya di depan, memberi isyarat apakah harus mulai, lalu dengan gerakannya terlalu cepat atau terlalu lambat. Dia biasanya mengerti isyarat yang diberikan oleh kakaknya Chyntia," ucapnya.

Ati mengatakan juga bahwa, untuk dirinya yang bisa mahir menari jaipong, Assyiffa membutuhkan waktu yang lumayan lama. Satu lagu saja paling tidak membutuhkan latihan selama satu bulan untuk dapat menguasai gerakannya, belum dipadukan dengan ketukan musik yang menjadi tugas Chyntia.

Namun berkat ketekunan yang muncul dari dirinya, Assyiffa mampu menguasai gerakan jaipongan yang lumayan sulit untuk dilakukan. Bahkan, bisa menjadi juara dalam sejumlah pasanggiri, mengalahkan para penari jaipong normal lainnya.

" Kalau mengikut pasanggiri kebanyakan umum. Jadi bertanding dengan orang-orang normal," ucapnya.

Salah satu keinginan dari Assyiffa saat ini adalah ingin dirinya bisa tampil menari di luar negeri. Menurut Ati, beberapa waktu lalu dia mendapat tawaran untuk menari di Jerman, namun ada hal yang berbenturan dengan jadwal kuliah Chyntia yang sedang padat.

" Tidak bisa sendiri, harus bersama kakaknya. Dia yang tahu bagaimana cara mengarahkan Assyiffa. Mudah-mudahan saja ke depan dirinya bisa tampil di luar negeri," ucapnya.