Balon Udara Di Jateng
Membahayakan Penerbangan
Balon udara yang terbang
berhamburan di langit Jawa Tengah membuat AirNav Indonesia menerbitkan Notice
To Airmen (NOTAM). Balon udara tanpa awak tersebut berbahaya bagi dunia
penerbangan.
Tinggi balon dapat mencapai 6
meter dan memiliki diameter hingga 4 meter. Balon udara terbang dengan bahan
bakar gas hingga ketinggian 28 ribu kaki. Ketinggian tersebut tentu saja
dilewati pesawat terbang komersial hingga pesawat militer.
"Itu kalau sampai ada gasnya
masuk ke mesin, itu pasti setara, ya kita tahu sendiri, gas api meletus pasti
ada masalah. Kalau balonnya yang plastiknya itu menutup ke pilot tube, itu
berpengaruh ke semua instrumen," kata Direktur Operasi AirNav Indonesia
Wisnu.
Wisnu mengatakan, ada 4 komponen
di pesawat yang terkena dampak langsung terbangnya balon udara tanpa awak ini
di langit Jateng. Keempatnya yaitu di mesin, pilot tube, sayap, dan kokpit.
Kalau nyangkut di sayap, maka
struktur sayap menjadi terganggu. Kalau ke kokpit, lebih parah, karena pilot
menjadi terhalang saat landing sehingga tidak bisa melihat runway. Bahaya nomor
satu ke mesin, kedua ke pilot tube, ketiga ke sayap, keempat kokpit.
Wisnu mengatakan, arah dan
kecepatan balon udara tanpa awak ini tidak diketahui. Sehingga sangat sulit
bagi pesawat yang akan melintasi langit yang terdapat balon udara ini.
"Problemnya itu balon
sporadis, tidak terkoordinir jamnya. Kedua, balon itu free balance, terbawa
kemana saja angin bertiup. yang sudah reported 25.000-26.000 sampai 28.000
kaki," jelas Wisnu.
AirNav menerbitkan NOTAM bernomor
'A2115/17 NOTAMN' sejak 25 Juni 2017 hingga seminggu ke depan dengan
pertimbangan tradisi lepas balon di Jawa Tengah dapat berlangsung 7 hari.
AirNav Indonesia menerbitkan NOTAM untuk penerbangan internasional. Wilayah yang
saat ini terdeteksi terdapat balon udara di Wonosobo, Cilacap, Kebumen, dan
Purworejo.