Sevel Tutup Gerai, Pengusaha: Konsep Bisnisnya Enggak Pas
Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani mengatakan ditutupnya seluruh gerai 7-Eleven (Sevel) bukan karena bisnis ritel di tanah air lesu. Menurutnya, konsep bisnis yang tidak tepat membuat gerai-gerai Sevel tidak dapat mencapai target perusahaan.
Selisih keuntungan yang kecil, membuat konsep bisnis yang memperbolehkan pembeli nongkrong berlama-lama di toko tersebut membuat biaya operasionalnya lebih besar dibanding pendapatan.
"Menurut pandangan saya, Sevel ini bisnis modelnya kurang tepat karena margin dari ritel seperti ini tipis 1-3%. Mestinya (pengunjung) in out cepat, bukan orang duduk berjam-jam cuma beli satu cola, sewa ruangan besar, tidak seperti itu," katanya saat ditemui pada acara Open House di rumahnya, Jakarta, Senin (26/6/2017).
"Kayak Alfamart dan Indomart itu tempat kecil efisien. Orang keluar masuk, volumenya banyak, karena marginnya tipis, fix cost besar, dipakai buat nongkrong ya enggak jalan," tambahnya.
Masalah internal perusahaan pun menurutnya bukan menjadi penyebab utama bisnis Sevel di tanah air merugi.
"Jadi konsepnya dari awal kurang tepat, kecuali marginnya besar. 7-Eleven ini dari awal saya sudah yakin kurang pas," ucap dia.
Kondisi ritel di Indonesia sendiri tak berpengaruh banyak. Bahkan perkembangan bisnis ritel di Indonesia paling cepat di dunia.
"Ritel kita sih tetap tumbuh berkembang. Walaupun tahun ini kita dapatkan info dari teman-teman, biasanya puasa bisa naik 50%, sekarang cuma 10-15%, tetap naik tapi enggak naik sebanyak dulu," pungkasnya.