Borobudur Tunggu
Sidang Unesco untuk Raih Penghargaan
Balai Konservasi Borobudur (BKB)
sedang menunggu hasil persidangan Unesco untuk penerima penghargaan Memory of
the World. Penghargaan tersebut merupakan program Unesco dengan tujuan untuk
melestarikan kekayaan bangsa-bangsa di dunia dalam bentuk "warisan
dokumenter" karena tidak material bermanfaat bagi identitas bangsa.
Kepala BKB, Marsis Sutopo
menjelaskan, pihaknya telah mengajukan arsip Restorasi Candi Borobudur pada
2016 silam.
"Berkas restorasi yang kami
ajukan untuk penghargaan MoW adalah sebuah dokumen dari tahun 1978 sampai 1983.
Dalam bentuk foto, klise hitam putih dan berwarna hitam, slide, film, dok,
gambar dan peta tua," Marsis menjelaskan kepada AFP tentang Borobudur,
Kabupaten Magelang, Kamis (19/10/2017).
Dia mengatakan usulan dari BKB
saat ini masuk dalam daftar sementara di Unesco bersamaan dengan dua proposal
lainnya dari Indonesia. Dua saran lainnya adalah arsip gerak non-blok dan
cerita banner.
"Akhir bulan ini atau awal
bulan depan, proposal ini akan dibahas dalam sidang Unesco, kami optimis,
mudah-mudahan diterima dan berkualitas, kalau tidak bisa diterima, masih bisa
diperbaiki jika belum fit," kata Marsis. .
Menurutnya, pemberian MOW akan
bisa mendorong peningkatan status Candi Borobudur. Tidak hanya pengakuan bahwa
bangunan fisik sebagai Warisan Dunia (World Heritage), juga arsip penanganan
pelestarian dan restorasi ke Memori Dunia.
Sebagai informasi, salah satu
persyaratan untuk penerima penghargaan MOW adalah dokumen yang diserahkan harus
asli dan disahkan. Selain itu, ia juga memiliki nilai dan kepentingan bagi
berbagai negara di dunia, memberikan manfaat umum, belajar kepada publik, dan
dapat diakses sebaik mungkin.
Untuk pengajuan tahun 2016,
Pemerintah Indonesia melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kembali
mengusulkan dokumen atau dokumen penting sebagai penerima MOW. Yakni arsip
Konferensi Meja Bundar (KMB), tsunami Aceh, cerita Banner, dan Gerakan Non Blok
(GNB).
Penghargaan MOW yang diterima
selama ini adalah untuk dokumen / arsip La Galigo, Negarakertagama dan Babad
Diponegoro, arsip VOC, dan Konferensi Asia Afrika (KAA).