Melacak Kecerdasan
Kolektif Lewat Perilaku Kawanan Ikan
Transformasi digital terkendala
batasan teknologi. Kecerdasan kolektif yang lazim ditemukan di alam, masih
terlalu rumit untuk diadaptasi teknologi digital. Ilmuwan Jerman teliti tema
ini, dengan amati perilaku ikan.
Pakar kecerdasan kolektif dari
Universitas Konstanz, Prof. Dr Iain Couzin melakukan penelitian dengan
membangun sebuah kolam besar dan mengisinya dengan kawanan ikan stickelback.
Dalam kolam ada kawasan yang terang dan yang ternaungi bayangan.
Kawanan ikan kecil ini selalu
berenang ke kawasan ternaungi bayangan, dan menghindari kawasan terang. Bagi
ikan stickelback ini masalah mati hidup. Di bawah sinar matahri, sisiknya
gemerlap dan dengan itu gampang dilihat predator.
Ian Couzin melakukan ujicoba,
melepas seekor ikan saja ke kolam. Nyatanya, ikan gagal menemukan lokasi
ternaungi bayangan. Itu hanya berfungsi bila ikan bergerombol.
"Salah satu yang menakjubkan
dari gerombolan, adalah kecerdasan kolektifnya. Grup bisa memecahkan masalah,
yang tak bisa dipecahkan individu", ujar Prof. Dr. Iain D. Couzin.
Baca juga: Menciptakan Otak
Tiruan dengan Komputer Super Cerdas:
Bisakah Kecerdasan Diwariskan?
Ada Makhluk Cerdas Lain di Jagat
Raya?
Gagasan lawas kecerdasan kolektif
Tapi bagaimana kecerdasan
kolektif ini terbentuk? Bagaimana grup mengembangkan kemampuan, yang tidak
dimiliki individu ikan?
Para peneliti cukup lama
bertanya, dan terus meneliti ikan saat berenang. Petunjuk menentukan justru
ditemukan dalam sebuah buku ilmiah lawas dari Rusia. Penulisnya Dimitri Radakov
membuktikan, grup mengembangkan karakteristik sendiri.
Iain Couzin dan tim penelitinya
mengadaptasi gagasan ini, dan menyempurnakan dengan teknik modern. Para
peneliti memasang Barcodes alias kode garis pada sirip punggung setiap individu
ikan Stickelback.
Dengan itu, setiap ikan memiliki
tanda pengenal individual. Setiap saat dengan mudah masing-masing ikan bisa
diidentifikasi.
Ikan-ikan itu kemudian
dikembalikan ke kolam penelitian. Seperti yang diprediksi, ikan yang diberi tanda
berenang bergerombolan dari satu lokasi berbayangan ke lokasi berbayangan
lainnya.
Diawasi kamera
Para peneliti memasang kamera
untuk merekam gerakan ikan. Setelah itu sebuah Software menggambarkan gerakan
masing-masing ikan. Para peneliti menemukan hal yang sepertinya amat banal.
Ikan-ikan berenang lebih lambat, jika sudah mencapai lokasi ternaungi bayangan.
Iain Couzin mengamati, bagaimana
perbedaan kecepatan mengubah gerombolan ikan. "Dengan pelacakan gerakan,
kami bisa bisa membandingkan akselerasi individu dan pengaruhnya. Kami bisa
memvisualisasi hal itu sebagai koneksi, mirip dengan koneksi elastis antara
individu. Ini memungkinkan kami memahami bagaimana kolektif dan jejaring
komunikasinya, membantu grup memecahkan masalah. Interaksi sosial ini mirip
pegas tak kasat mata diantara individu. Jika seekor ikan mencapai kawasan gelap
dan berenang lambat, sementara yang lain tetap berenang cepat, pegas akan makin
tegang. Muncul kekuatan yang menarik ikan tersebut ke kawasan gelap, tanpa ikan
menyadari adanya kawasan itu," ujar pakar kecerdasan kolektif ini.
Pegas tak kasat mata ini menjadi
aturan dasar gerombolan. Jarak ke individu tetangga tetap harus terjaga. Jika
jarak melebar, ada kekuatan tak nampak yang akan berdampak pada individu yang
masih berenang cepat. Dengan itu jarak kembali dipertahankan, dengan menarik
ikan berenang menuju ke kawasan dinaungi bayangan.