Orang-orang di Ghouta
Timur Suriah Dikabarkan Kena Racun Gas Klorin
Beberapa orang di Ghouta Timur
dirawat karena diduga terpapar gas klorin. Gejala keracunan gas klorin ini
muncul usai serangan udara dan artileri yang dilancarkan oleh rezim Suriah.
Dilansir CNN, Senin (26/2/2018),
kabar gejala keracunan gas klorin yang menghinggapi sejumlah orang itu diterima
dari kelompok oposisi pada Minggu (25/2) waktu setempat.
Oposisi Suriah yang menjalankan
Badan Kesehatan Pedesaan Damaskus (RDHD) mengatakan orang-orang yang mereka
rawat mengaku telah terpapar gas klorin yang beracun. "Bau dari
orang-orang di kawasan ini, bau sopir ambulans, dan bau para korban semua
menunjukkan jelas bau gas klorin," kata RDHD mengatakan dalam sebuah
pernyataan.
Cuitan dari akun Twitter Kelompok
Medis Suriah-Amerika mengatakan ada 16 pasien termasuk enam anak-anak sedang
dirawat di sebuah rumah sakit. "Mereka menderita gejala yang menunjukkan
pengaruh paparan bahan kimia," kata mereka.
The White Helmets, kelompok
relawan yang beroperasi di kawasan pemberontak, mengatakan lewat Twitter bahwa
ada satu anak terbunuh akibat gas klorin di kota. CNN tak bisa secara
independen melakukan verifikasi klaim The White Helmets itu, termasuk belum
memastikan apakah gas klorin itu digunakan sebagai senjata saat serangan Minggu
kemarin atau tidak.
Yang sudah-sudah, biasanya kedua
belah pihak yang bertikai di pertempuran bakal saling menyalahkan soal
penggunaan gas klorin. Pemerintah Suriah telah berulang kali menyatakan bahwa
pihaknya tidak menggunakan klorin sebagai senjata untuk melawan warga sipil.
Menteri Luar Negeri Suriah Sergei
Lavrov mengatakan pada reporter pada Minggu kemarin, dugaan soal serangan
klorin adalah 'hoax' belaka. Kaum White Helmets selalu menggembar-gemborkan
cerita-cerita palsu.
"Ada kemungkinan lebih
banyak hoax, kami tahu dari mana mereka berasal, yakni dari media sosial dan
khususnya media sosial tempat White Helmets disebut, organisasi yang
jelas-jelas provokatif, dibikin oleh Amerika dan orang Inggris, selalu menampilkan
banyak cerita palsu, kebanyakan dalam tentang penggunaan senjata kimia, namun
tanpa bukti yang cukup," kata Lavrov saat jumpa pers.
Kementerian Pertahanan Rusia juga
menduga bahwa para teroris yang bersembunyi di Ghouta Timur sebenarnya punya
bahan kimia. Bahan itu diduga digunakan untuk kepentingan provokasi.