Ungkap Memo Rahasia
Soal Ketidaknetralan FBI, Trump: Ini Aib!
Presiden Amerika Serikat (AS)
Donald Trump geram dengan isi memo rahasia yang dianggap mengungkapkan
ketidaknetralan Biro Investigasi Federal (FBI) sebagai penegak hukum. Trump
menyebut isi memo rahasia itu sebagai aib.
"Saya pikir ini sebuah aib. Dengan apa yang terjadi di negara ini, saya pikir ini sebuah aib," ucap Trump saat mengumumkan keputusannya untuk merilis memo rahasia ini ke publik, seperti dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (3/2/2018).
"Banyak orang seharusnya
malu pada diri mereka sendiri dan lebih buruk dari itu," tegasnya.
Trump akhirnya merilis memo
rahasia yang menyudutkan FBI dan Departemen Kehakiman AS itu pada Jumat (2/2)
waktu setempat. Dia mengabaikan peringatan keras dari Direktur FBI Christopher
Wray dan Departemen Kehakiman AS yang menyebut perilisan memo rahasia itu
berpotensi membahayakan informasi rahasia negara, yang tak seharusnya diketahui
publik.
Memo rahasia setebal empat
halaman itu dianggap menunjukkan bahwa penyelidikan dugaan kolusi tim kampanye
Trump dengan Rusia semasa pilpres 2016 yang kini masih berlangsung, merupakan
produk bias politik terhadap Trump di dalam tubuh FBI dan Departemen Kehakiman
AS.
Memo itu disusun oleh Devin Nunes
selaku Ketua Komisi Intelijen DPR AS untuk Partai Republik. Dalam komentarnya,
Nunes menyebut memo itu mengungkapkan 'pelanggaran serius terhadap kepercayaan
publik'. "Rakyat Amerika berhak tahu ketika para pejabat pada institusi
penting ternyata menyalahgunakan wewenang mereka untuk tujuan politik,"
ucapnya.
Memo rahasia yang berisi
informasi sangat rahasia dan sensitif itu dirilis ke publik tanpa penyensoran.
Isi memo itu fokus pada pengintaian FBI terhadap seorang anggota tim kampanye
Trump yang bernama Carter Page. Page menjadi fokus perhatian FBI sejak tahun
2013, saat dia bertemu dengan sejumlah warga Rusia yang bekerja untuk Dinas
Intelijen Asing Rusia di New York.
Disebutkan memo itu bahwa dokumen
bernama 'berkas Rusia' yang berisi tuduhan tidak terbukti terhadap Trump,
berkontribusi penting dalam dikeluarkannya surat perintah pengadilan untuk
mengintai Page itu. 'Berkas Rusia' yang dimaksud itu disusun oleh mantan agen
intelijen Inggris, Christopher Steele, dengan dana yang dibiayai sebagian dari
dana kampanye Hillary Clinton, rival Trump saat pilpres lalu.
Pengintaian via elektronik
terhadap Page oleh FBI dimulai sejak Oktober 2016. Sejumlah pejabat senior FBI
dan Departemen Kehakiman AS, termasuk Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein, disebut
menyetujui pengintaian itu.
Terungkapnya isi memo ini
dianggap menunjukkan penyalahgunaan wewenang dan sikap tidak netral dari FBI
yang merupakan lembaga penegak hukum top di AS. FBI bersama Departemen
Kehakiman AS dituding telah menyalahgunakan program pengintaian 'Foreign
Intelligence Surveillance Act' demi tujuan politik.