Korut Sebut Komentar
Trump Soal Denuklirisasi Adalah Konyol
Otoritas Korea Utara (Korut)
menyatakan Amerika Serikat (AS) tidak seharusnya menghakimi dan mempermainkan
niat Korut dalam melanjutkan dialog dengan AS. Korut justru mencurigai bahwa AS
sebenarnya tidak ingin berdialog dengan pihaknya.
Seperti dilansir CNN, Senin
(5/3/2018), dalam pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Korut
pada Minggu (4/3) waktu setempat, otoritas Korut menuding AS telah bertindak
tidak masuk akal dan konyol.
"(AS) Mengambil tindakan
tidak masuk akal dengan terus menyatakan terang-terangan bahwa pihaknya tidak
akan berdialog hingga ada syarat yang tepat terpenuhi dan mereka akan tetap
mengawasi jika kami memiliki niat untuk meninggalkan persenjataan nuklir dan
rudal dan sebagainya," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut.
Pernyataan Korut ini menanggapi
komentar Presiden AS Donald Trump saat menghadiri acara makan malam Gridiron
Club di Washington pada Sabtu (3/3) waktu setempat. "(Korut) Menyerukan
beberapa hari lalu dan mengatakan, 'Kami ingin berdialog'. Dan saya katakan,
'Demikian juga kami, tapi Anda harus denuklirisasi. Anda harus denuklirisasi.'
Jadi mari kita lihat apa yang terjadi. Kita liat apa yang akan terjadi,"
ucap Trump dalam acara itu.
Otoritas Korut menyebut pernyataan
itu menunjukkan AS 'lebih dari konyol'. "(AS) Bersikeras bahwa mereka akan
melakukan dialog hanya untuk membuat DPRK meninggalkan senjata nuklir dan
mempertahankan 'tekanan maksimum' hingga denuklirisasi yang lengkap
tercapai," sebut Korut.
Korut menegaskan bahwa pihaknya
telah 'mengklarifikasi posisi kami bahwa dialog dengan AS mungkin dilakukan'.
Namun sikap AS itu membuat Korut bertanya-tanya.
"Perilaku AS terlihat
setelah kami mengklarifikasi niat kami dalam melanjutkan dialog DPRK-AS,
memaksa kami untuk hanya berpikir bahwa AS tidak tertarik dalam melanjutkan
dialog DPRK-AS," imbuh pernyataan Korut, merujuk pada nama resmi Korut,
Republik Demokratik Rakyat Korea.
Dalam pernyataannya, otoritas
Korut juga menegaskan bahwa pihaknya 'bergantung sepenuhnya pada perilaku AS'.
"Apakah situasi yang tidak diinginkan siapapun akan berkembang dalam
siklus konfrontasi jahat atau apakah perdamaian yang diinginkan oleh negara
kami dan dunia, akan terwujud di Semenanjung Korea," tandasnya.