Trump Pilih John
Bolton Jadi Penasihat Keamanan, AS Akan Perang?
Presiden Amerika Serikat Donald
Trump telah menunjuk John Bolton sebagai Penasihat Keamanan Nasional untuk
menggantikan HR McMaster yang dicopotnya. Penunjukan Bolton (69) memicu
kekhawatiran akan terjadinya perang dikarenakan sikap kerasnya terhadap Iran dan
Korea Utara (Korut).
Kini, jika Trump memutuskan untuk
meninggalkan kesepakatan nuklir Iran yang dicapai semasa pemerintahan Presiden
Barack Obama, dia punya penasihat yang berpikir bahwa Iran bisa dilucuti dengan
kekerasan. Jika rencana pertemuan Trump dengan pemimpin Korut Kim Jong-Un tidak
membuahkan perlucutan nuklir Korut, maka Trump punya tim yang sangat siap untuk
melancarkan serangan pendahuluan.
"John Bolton merupakan
ancaman keamanan nasional," cetus Colin Kahl dan Jon Wolfsthal, bekas
penasihat senior Obama dalam komentarnya pada majalah Foreign Policy seperti
dilansir kantor berita AFP, Sabtu (24/3/2018).
Pendapat senada disampaikan media
Amerika. "Ya, John Bolton benar-benar berbahaya," demikian tulisan
dewan editorial New York Times.
"Hal baik tentang John
Bolton, penasihat keamanan nasional baru Presiden Trump, adalah bahwa dia
mengatakan apa yang dia pikirkan. Hal buruknya adalah apa yang
dipikirkannya," demikian ditulis New York Times.
David Wright dari Union of
Concerned Scientists menyebut "pandangan ekstrem Bolton kini sangat
berbahaya mengingat penolakannya atas diplomasi dengan Iran dan Korut."
Reaksi negatif juga dilontarkan
sejumlah anggota Kongres AS yang mempertanyakan alasan Trump menempatkan Bolton
di posisi kritis untuk Gedung Putih dan pemerintah AS.
"Ini bukanlah pilihan yang
bijaksana. Bolton tidak memiliki perangai atau pertimbangan untuk menjadi
seorang Penasihat Keamanan Nasional yang efektif," ujar Senator Partai
Demokrat, Jack Reed, dalam pernyataannya.
Bolton yang pernah disebut Korut
sebagai 'manusia sampah' ini menjabat Duta Besar AS untuk PBB pada era Presiden
George W Bush. Sebelum itu, dia menjabat Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk
Pengendalian Senjata dan Urusan Keamanan Internasional, juga di bawah Bush. Dia
menjadi sosok yang mendukung invasi AS ke Irak tahun 2003, yang akhirnya
terungkap didasari informasi intelijen palsu dan berlebihan soal keberadaan
senjata pemusnah massal milik mendiang Saddam Hussein dan keterkaitannya dengan
terorisme.
Tidak hanya itu, Bolton juga
diketahui sejak lama mendukung perubahan rezim di Korut. Bahkan beberapa waktu
lalu, dia menyarankan pemerintah AS untuk mengambil opsi serangan militer
terhadap Korut. Soal rencana pertemuan Trump dan Kim Jong-Un, Bolton
menyebutnya sebagai kesempatan yang baik untuk menyampaikan ancaman aksi
militer ke Korut.
Untuk isu Iran, Bolton menyebut
kesepakatan nuklir yang tercapai pada era Presiden Barack Obama sebagai
'kesalahan besar' dan 'perlu untuk dicabut'. Sedangkan menyikapi Rusia, Bolton
pernah menyerukan langkah penangkalan yang efektif untuk melawan perang siber
yang dilakukan pemerintahan Vladimir Putin.