'Serangan Kimia' di
Suriah, Trump Beri Peringatan Keras untuk Assad
Presiden Amerika Serikat Donald
Trump mengutuk keras Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutunya, Rusia dan
Iran, setelah diduga terjadi serangan dengan menggunakan senjata kimia.
Trump mengatakan Assad 'akan
membayar mahal' aksi militer ini.
Puluhan orang tewas dalam
serangan di kota yang dikuasai pemberontah, Douma, pada hari Sabtu (07/04).
Pemerintah Inggris menyerukan
investigasi sesegera mungkin sementara Paus Franciskus mengatakan tidak ada
justifikasi apa pun dalam penggunaan senjata kimia.
Baik Suriah maupun Rusia
sama-sama membantah telah memakai senjata kimia.
Dalam serangkaian cuitan hari
Minggu (08/04) Trump menggambarkan Assad 'sebagai binatang'.
"Banyak yang tewas, termasuk
perempuan dan anak-anak dalam serangan kimia di Suriah ... Presiden Putin,
Rusia dan Iran bertanggung jawab karena mendukung Assad (yang bertindak
seperti) binatang," tulis Trump di Twitter.
Ia menambahkan bahwa Assad akan
'membayar mahal' karena 'melakukan serangan dengan senjata kimia ini'.
Petugas penyelamat dan paramedis
menyebutkan sedikitnya 70 orang tewas di Suriah setelah 'gas beracun'
dijatuhkan di Douma, kota terakhir yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur.
Para relawan pasukan penyelamat
Helm Putih (White Helmets) mencuitkan foto yang menunjukkan sejumlah mayat di
dalam ruang bawah tanah. Organisasi itu juga menyebutkan jumlah korban tewas
kemungkinan meningkat.
Namun, laporan tersebut belum
dapat diverifikasi secara independen.
Pemerintah Suriah menyebutkan
tuduhan adanya serangan zat kimia itu merupakan "isapan jempol".
Departemen Luar Negeri AS
mengatakan memantau laporan "yang sangat mengganggu tersebut, dan bahwa
Rusia - yang berperang bersama pemerintah Suriah - harus bertanggung jawab jika
zak kimia mematikan digunakan dalam serangan tersebut.
"Sejarah penggunaan senjata
kimia oleh rezim terhadap warganya sendiri tidak diperdebatkan," jelas
Departemen Luar Negeri AS.
"Pada akhirnya Rusia yang
memikul tanggung jawab atas serangan brutal dengan senjata kimia terhadap warga
Suriah yang tak terhitung jumlahnya."
Pusat Media Ghouta prooposisi
mencuitkan bahwa lebih dari 1.000 orang menderita akibat efek yang diduga dari
serangan gas.
Pusat Media Ghouta menuduh sebuah
bom barel yang diduga dijatuhkan oleh sebuah helikopter yang disebutkan berisi
sarin, yang termasuk gas syaraf.
Union of Medical Relief
Organizations, sebuah organisasi sosial yang berbasis di AS yang bekerja di
rumah sakit Suriah, mengatakan kepada BBC bahwa, Rumah Sakit Khusus Pedesaan di
Damaskus mengkonfirmasi korban tewas mencapai 70 orang.
Seorang juru bicara mengatakan
laporan di lapangan menunjukkan jumlah korban tewas yang lebih besar yaitu
mencapai 180 orang, namun sangat sulit untuk menjangkai para korban karena
adanya penembakan yang terus menerus dan terjadi malam hari.
Dia mengatakan sebuah laporan
menyebutkan orang-orang dirawat karena kejang dan mulut berbusa, sesuai dengan
gejala terkena paparan gas syaraf atau campuran gas syaraf dan gas klorin.
Di saat tuduhan penggunaan gas
tersebut semakin menguat, kantor berita pemerintah Suriah, Sana menyebutkan
laporan tersebut dibuat oleh Jaish al-Islam, pemberontak yang masih berkuasa di
Douma.
"Teroris Jaish al-Islam yang
tengah hancur dan media mereka yang (membuat) serangan kimia buatan karena
terkena dan upayanya gagal untuk menghalangi serangan oleh tentara Arab
Suriah," jelas media pemerintah.
Reuters Sekitar 80 orang tewas
dan sejumlah orang terluka dalam serangan terhadapKhanSheikhoun.Apakah
pemerintah Suriah pernah menggunakan gas sebelumnya?
Pada Agustus 2013, roket yang
berisi gas syaraf sarin ditembakkan di area yang dikuasai pemberontak di Ghouta
Timur, yang menewaskan ratusan orang.
Sebuah misi PBB mengkonfirmasi
penggunaan sarin, namun tidak meminta pemerintah Suriah menyebutkan siapa yang
bertanggung jawab. Barat mengatakan hanya pasukan pemerintah Suriah yang dapat
melakukan serangan tersebut.
Pada April 2017, lebih dari 80
orang tewas dalam serangan gas sarin di kota yang dikuasai oposisi Khan
Sheikhoun, dan penyelidikan bersama PBB dan Organisasi Untuk Pelarangan Senjata
Kima OPCM berpendapat pemerintah Suriah yang bertanggung jawab.
PBB menyebutkan pemerintah Suriah
dibalik serangan sarin pada 2017
Aktivis, paramedis dan AS
mengatakan pasukan pemerintah menjatuhkan bom yang mengandung gas racun klorin
ke kota yang dikuasai pemberontak pada awal 2018.
Misi gabungan PBB dan OPCW
menyelidiki laporan tersebut. Sebelumnya ditemukan bahwa pasukan pemerintah
menggunakan klorin sebagai senjata setidaknya tiga kali selama berlansungnya
perang sipil dalam tujuh tahun.
Apa yang terjadi di Douma?
Douma merupakan kota terakhir
yang dikuasai pemberontah di bagian wilayah Ghouta Timur, dan dikepung pasukan
pemerintah yang didukung Rusia.
Serangan udara dan darat secara
intensif dilakukan pada Jumat setelah pembicaraan antara Moskow dan pemberontak
menemui kegagalan.
Sebelum negosiasi gagal, Jaish
al-Islam telah berupaya untuk mengamankan kesepakatan yang dapat mengizinkan
para anggotanya untuk bertahan di Douma sebagai pasukan keamanan lokal.
Kelompok pemantau Suriah yang
berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, mengatakan serangan
udara pemerintah telah menewaskan 40 orang warga sipil pada Jumat, dan 30
lainnya pada Sabtu lalu.
Media pemerintah mengatakan enam
warga sipil juga tewas akibat tembakan pemberontak di ibukota Damaskus, dan 38
orang lainnya terluka. Jaish al-Islam membantah bertanggung jawab atas insiden
tersebut.
Media pemerintah Suriah
mengatakan warga sipil di pinggiran Damaskus tewas dan terluka oleh tembakan
mortir pemberontak.
Pasukan yang loyal terhadap
Presiden Suriah Assad telah merebut kembali hampir seluruh wilayah Ghouta Timur
melalui serangan yang dimulai sejak Februari lalu.
Lebih dari 1.600 orang dilaporkan
tewas dan ribuan lain terluka.