Bayi 8 Bulan Tewas
Akibat Gas Air Mata Pasukan Israel di Gaza
Seorang bayi Palestina tewas akibat menghirup gas air mata
yang dilepaskan pasukan Israel dalam bentrokan di sepanjang perbatasan
Gaza-Israel. Bentrokan terjadi saat ribuan warga Palestina menggelar aksi demo
untuk memprotes pemindahan Kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan seperti dilansir
kantor berita AFP, Selasa (15/5/2018), bayi perempuan berumur 8 bulan itu
terpapar gas air mata di sebelah timur Kota Gaza saat berlangsung aksi-aksi
demo pada Senin (14/5) waktu setempat. Tidak jelas seberapa dekat posisi bayi
bernama Leila al-Ghandour tersebut dan keluarganya dengan pagar perbatasan saat
insiden terjadi.
Hari Senin (14/5) kemarin tercatat sebagai hari paling
berdarah bagi warga Palestina sejak tahun 2014. Kementerian Kesehatan Palestina
menyebut sedikitnya 58 demonstran Palestina tewas dan sekitar 2.700 orang
lainnya luka-luka, akibat terkena peluru asli dan gas air mata.
Bentrokan terjadi di Gaza saat aksi warga Palestina
memprotes pembukaan Kedubes AS di Yerusalem dan memperingati 'Nakba' atau
'malapetaka' ketika ratusan ribu warga Palestina terusir dari rumah-rumah
mereka pada tahun 1948.
Militer Israel dalam pernyataannya menyebut pihaknya
merespons aksi kekerasan dari demonstran untuk mempertahankan perbatasan
Israel.
Terkait bentrokan maut di Gaza tersebut, Gedung Putih
menyalahkan kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza. Gedung Putih menyebut
upaya propaganda Hamas telah memicu bentrokan yang menewaskan puluhan warga
Palestina itu.
Gedung Putih menegaskan posisi pemerintahan Presiden Donald
Trump yakni Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri, saat merespons
bentrokan di perbatasan Gaza dan Israel.
"Tanggung jawab untuk kematian tragis ini ditanggung
langsung oleh Hamas," ujar juru bicara Gedung Putih, Raj Shah. "Hamas
secara sengaja dan dengan sinis memprovokasi respons ini," imbuhnya.