Kisah Ali Banat,
Miliuner yang Serahkan Hartanya Untuk Kaum Miskin
Pembicara di satu pengajian di
London pada awal Juni menyebut nama Ali Banat yang ia katakan harus menjadi
sumber inspirasi sekaligus menjadi pengingat bagi Muslim.
Ali Banat, nama yang ia sebut,
adalah pengusaha sukses asal Sydney, Australia, yang menyumbangkan seluruh
harta yang ia miliki untuk kaum miskin di Afrika. Langkah ini dilakukan Banat
sebelum meninggal dunia pada 29 Mei 2018, tiga tahun setelah didiagnosis
mengidap kanker stadium empat.
Di masa hidupnya, sebelum total
menggeluti kegiatan sosial, Banat dikenal sebagai pebisnis yang berhasil, yang
memungkinkannya untuk menjalani gaya hidup yang mewah. Ia adalah kolektor
mobil, jam tangan, sepatu, topi, dan kacamata mahal.
Ia punya mobil sport seharga
US$600.000 atau sekitar Rp8,3 miliar dan gelang US$60.000 (Rp833 juta).
Keputusan drastis untuk
menyerahkan kekayaan kepada kaum duafa ia ambil setelah dokter mengatakan ia
terkena kanker dan hanya punya waktu tujuh bulan untuk bertahan hidup.
Banat menyebut kanker yang
menggerogoti seluruh badannya sebagai hadiah dari Allah.
"Ini hadiah karena Allah
memberi kesempatan bagi saya untuk berubah...," ia tak kuasa menahan air
mata saat menyampaikan jawaban ini melalui video yang diunggah ke YouTube.
Banat menambahkan bahwa kanker
yang ia derita membukakan matanya atas banyak hal di dunia ini.
Pergi ke Afrika
Ia menyadari besarnya karunia ia
terima, seperti menghirup udara secara gratis, sesuatu yang tak terlintas di
benaknya selama ini.
"Begitu tahu saya terkena
kanker, saya melepas koleksi mobil, jam tangan, bahkan pakaian. Saya bawa semua
pakaian saya dan saya serahkan ke orang-orang yang memerlukan ketika saya
bepergian ke luar negeri," kata Banat.
"Saya ingin meninggalkan
dunia tanpa satu pun harta benda," katanya.
Ia mengatakan tak lagi punya
keinginan untuk mengejar kenikmatan dunia. "Ketika seseorang mengatakan
kepada Anda bahwa Anda sakit dan hanya punya waktu beberapa bulan untuk
bertahan, mengejar kesenangan dunia akan menjadi prioritas yang paling
akhir," jelas Banat.
Ia mengatakan harta dunia tak
akan bermanfaat secara pribadi bagi seseorang yang divonis mati dalam beberapa
bulan.
"Bagi saya lebih utama
membuat seorang anak di Afrika tersenyum bahagia daripada memiliki mobil mewah
seharga miliaran," katanya.
Setelah mengadakan perjalanan ke
Afrika, Banat mendirikan yayasan sosial dengan tujuan mendirikan masjid,
madrasah dan membantu para janda di benua tersebut.
Keputusan mendirikan yayasan juga
dipicu ketika ia mengantarkan kawan yang meninggal dunia karena kanker.
Saat di pemakaman ia sadar bahwa
setelah seseorang meninggal dunia, tak ada yang mendampingi di alam kubur.
"Bahkan uang yang Anda punya, itu tidak akan Anda bawa," kata Banat.
Ia mengatakan satu-satunya yang
akan dibawa adalah amal kebaikan selama di dunia.
Ingin segera bertemu Tuhan
Dalam wawancara dengan kanal
YouTube One Path, Banat menuturkan ia sudah ingin bertemu dengan Allah.
Pengalaman spiritual ini berawal
ketika ia meminum obat untuk meringankan sakit dan ternyata sedikit melebihi
dosis. Ia mengaku berada di alam lain dan melihat pemandangan yang sangat
indah.
Dalam kondisi kritis tersebut ia
dikelilingi seluruh anggota keluarga dan mereka mengatakan bahwa tiba-tiba saja
ia mengeluarkan kalimat, "Allah, ambil aku sekarang."
Banat bisa melewati masa kritis
ini namun ia mengaku kecewa. "Saya bangun keesokan harinya dan menyadari
ternyata Allah tak mengambil saya. Saya menjadi sedih."
Lembaga sosial yang ia dirikan
sekarang menggalang dana melalui internet dan hingga hari Kamis (07/06) telah
terkumpul dana lebih dari US$1,6 juta atau sekitar Rp22 miliar.
Dana yang dikumpulkan antara lain
akan dipakai untuk membangun fasilitas pendidikan dan membantu warga miskin di
sejumlah negara di Afrika, termasuk Togo, Burkina Faso, dan Ghana.