Setahun Diboikot Negara-negara Teluk, Qatar 'Tidak Juga Tumbang'

Setahun Diboikot Negara-negara Teluk, Qatar 'Tidak Juga Tumbang'

http://harian44.blogspot.com/

Jauh di pedalaman gurun diQatar, di peternakanBaladna yang dilengkapi alat pendingin, seekor sapi berjalan masuk kekorsel canggih, siap untuk diambil susunya.

Setahun lalu Qatar tak punya peternakan. Kebutuhan susu dibeli dari negara tetangga, Arab Saudi.

Sekarang, peternakan Baladna memiliki 10.000 ekor sapi, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat.

'Rombongan' pertama sapi-sapi ini didatangkan dengan pesawat Qatar Airways, satu bulan setelah krisis Teluk, ketika Qatar diblokade oleh beberapa negara tetangganya.

Sapi sekarang menjadi kebanggaan nasional karena dianggap melambangkan gerakan kemandirian.

"Semua orang mengatakan kami pasti gagal ... kenyataannya kami berhasil membangun peternakan," ujar Peter Weltevreden, manajer peternakan Baladna.

"Janji kami ketika itu adalah, satu tahun setelah blokade kami bisa mencukupi kebutuhan susu dalam negeri," imbuhnya.

Pada 5 Juni tahun lalu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir semuanya memutus hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar.

Negara-negara ini menuduh Qatar mendukung terorisme, memicu gangguan stabilitas kawasan dan berupaya meningkatkan hubungan dengan Iran.

Qatar menolak klaim tersebut dan menyatakan tidak bersedia mematuhi desakan negara-negara tetangganya, termasuk tuntutan menutup jaringan berita Al Jazeera.

Sejak blokade ini, Qatar menggunakan cadangan devisa yang berlimpah dari ekspor gas untuk bertahan dari blokade ekonomi. Mereka juga menganggap boikot sebagai upaya untuk melemahkan kedaulatan.

"Salah satu tujuan negara-negara yang menerapkan blokade adalah konsolidasi kekuasaan di kawasan," kata Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, menteri luar negeri Qatar.

"Mereka menyebut pihak-pihak yang tidak setuju dengan mereka adalah teroris."
Akar persoalan

Qatar mengatakan penyebab utama blokade negara-negara Teluk adalah serangan siber terhadap kantor berita nasional yang berdampak dengan penerbitan artikel yang seolah-olah mengutip penguasa Qatar.

Dalam artikel ini penguasa Qatar digambarkan bersimpati dengan kelompok militan Lebanon Hizbullah dan kelompok Hamas di Gaza. Dikutip pula pernyataan bahwa Donald Trump tak akan bertahan lama sebagai presiden Amerika Serikat.

Tapi, para analis mengatakan akar persoalannya lebih dari itu.

"Akar permasalahannya ditutup-tutupi selama 20 tahun dan baru dibuka tahun lalu," kata Ali Shihabi, pendiri lembaga Arabia Foundation di Washington, AS.

Ia mengacu pada rekaman yang beredar setelah tumbangnya pemimpin Libia Muammar Gaddafi pada 2011 yang memperlihatkan ayah emir Qatar merencanakan penggulingan kekuasaan terhadap kerajaan Saudi.

Shihabi mengatakan Qatar melanggar perjanjian dengan terus memberi dukungan finansial kepada para pembangkang di Timur Tengah dan juga mendukung Al Jazeera.

Ia menyatakan melalui Al Jazeera, Qatar bisa menjangkau 22 juta orang di Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir. Padahal penduduk Qatar cuma 300.000 jiwa.

"Qatar adalah adik dan sebagai adik ia tak sepantasnya memainkan peran lebih besar dari kakak-kakaknya karena itu hanya akan memicu masalah," kata Shihabi memberi perumpamaan.

Untuk sementara ini Qatar bisa mengatasi blokade.

Mereka membuka pelabuhan baru senilai US$ 7 miliar atau sekitar Rp 97 triliun lebih cepat dari rencana. Pelabuhan di Teluk ini sangat efektif mengatasi sanksi ekonomi yang diterapkan negara-negara tetangga.

Pelabuhan antara lain dimanfaatkan sebagai pintu masuk barang dan material untuk pembangunan stadion dan berbagai fasilitas penunjang pelaksanaan Piala Dunia 2022 di negara tersebut.
Lebih dekat ke Iran

Tapi isolasi negara-negara Teluk juga mendorong Qatar untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Iran. Qatar memiliki batas maritim dengan Iran dan sekarang menggantungkan pada wilayah udara Iran.

Menlu Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan pihaknya harus bekerja sama dengan Iran. (AFP)


"Iran adalah tetangga. Kami harus bekerja sama dan berkomunikasi dengan mereka," kata Menlu al-Thani.

"Kami memiliki pandangan yang berbeda tentang kebijakan di kawasan tapi perbedaan tak bisa diatasi dengan konfrontasi."

Amerika, yang awalnya mendukung Saudi dan kawan-kawan dalam sengketa dengan Qatar, belum lama ini meminta agar negara-negara di Teluk ini bersatu.

www.pkjingga88.com

Amerika sedang mengupayakan sanksi baru terhadap Iran dan punya pangkalan militer besar di Qatar.

Di pasar bersejarah Souq Waqif, warga Qatar berharap blokade ini segera berakhir.

"Negara-negara Teluk semuanya dihubungan dengan perkawinan," kata seorang laki-laki yang memiliki istri dari Riyadh, Saudi. "Menyakitkan rasanya kalau keluarga harus terpisah."

Yang lain tak terlalu mempermasalahkan dan bahkan menganggap blokade sebagai medium untuk meningkatkan rasa nasionalisme.

Saad Al-Jassim, laki-laki berusia 84 tahun yang dulu bekerja sebagai pencari mutiara, mengatakan Qatar harus berdiri tegak mengatasi segala tantangan.

"Kami sekarang jauh lebih baik. Dulu kami membeli, sekarang kami bisa memproduksi sendiri ... ini negara saya dan saya cinta negara saya," katanya.