Eko Sugeng Barista
Terkenal Ahli Tanpa Lengan Di Gunungkidul
HARIAN44 - Kondisi
difabilitas, tak membuat Eko Sugeng (34) pantang menyerah untuk berkarya. Meski
kedua lengannya diamputasi, Eko kini menjadi barista yang lihai meracik kopi
untuk pelanggannya.
Ditemui saat melayani pembeli di
salah satu stan acara temu inklusi #3 di Lapangan Plembutan, Playen,
Gunungkidul, Eko menceritakan awal mula kedua tangannya diamputasi dan
perjalanannya hingga menjadi seorang barista.
Diceritakan warga Ngaglik Sleman
ini harus diamputasi pada tahun 2002 silam. Berawal saat ia membantu sanak
saudaranya memperbaiki antena, lengan Eko tersengat listrik.
"Pas memperbaiki antena itu
saya kena sengatan listrik, saat itu usia 18 tahun. Setelah dirawat, dokter
menyarankan agar kedua tangan saya diamputasi," katanya saat ditemui detikcom
di Lapangan Plembutan, Playen, Gunungkidul, Rabu (24/10/2018).
Karena demi kebaikannya sendiri,
akhirnya kedua tangan Eko pun diamputasi. Pria yang tampak santai berbincang
sambil meracik kopi ini melanjutkan kisahnya, setelah kedua tangannya diamputasi
ia harus menyesuaikan kondisinya dengan lingkungan dan memulai aktivitas meski
mengalami keterbatasan fisik.
Untuk melatih kemampuan dan
menyesuaikan dengan kondisi fisiknya, Eko pun tinggal di asrama Yakkum. Di
asrama itulah ia mulai berlatih dan akhirnya terbiasa hidup mandiri dengan
keterbatasannya. Diungkapkannya, selama tinggal di asrama tersebut, hampir
setiap hari Eko menyambangi sebuah kedai kopi bernama cupable coffee.
"Hampir setiap hari minum
kopi di kedai itu (Cupable coffee), yang punya kedai tanya 'Mengapa tidak jadi
penyaji kopi saja?'. Dan tak lama kemudian saya dapat pelatihan dari salah satu
NGO (Non Government Organization) yaitu Asian Foundation," katanya.
"Setelah dilatih, saya sama
7 orang lainnya dikenalkan tentang seluk beluk kopi, bertukar pikiran dengan
barista di Yogya bahkan kami live in (dengan) petani di Suroloyo, Kulon Progo
untuk tahu bagaimana cara memelihara kopi," lanjutnya.
Setelah memperoleh keterampilan
dalam hal menyeduh kopi tersebut, Eko memutuskan untuk menjadi seorang barista.
Diakuinya, ia belum lama menjadi seorang barista dan masih terus meningkatkan
kemampuannya. Kendati demikian, saat ini Eko telah bekerja di cupable coffee.
"Baru setahun terakhir ini
jadi barista, kalau istri sehari-hari jual beli online. Ya hasilnya lumayan
untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari," katanya.
Kendati demikian, Eko mengaku
saat ini masih terganjal masalah kepemilikan sertifikat sebagai seorang
barista. Menurutnya, sertifikat secara tertulis itu sangat diperlukan untuk
keberlangsungan karirnya ke depan.
"Mimpi saya sama 7 orang
teman saya yang ikut pelatihan barista ingin punya kedai kopi sendiri, dan itu
perlu sertifikat dulu. Tapi kita yakin bisa mendapatkannya dengan dengan terus
bekerja keras," pungkasnya.