Buruknya Kondisi
Terkini Seperti 3-5 Juta Tahun Lalu
HARIAN44 - Bagi yang belum
tergerak untuk ikut gerakan-gerakan menyelamatkan Bumi atau menerapkan gaya hidup
ramah lingkungan, mungkin ini adalah saat yang tepat. Kadar karbon dioksida,
metana, dan dinitrogen monoksida (yang juga dikenal dengan gas tertawa) di
atmosfer sudah amat sangat parah.
Organisasi Meteorologi Dunia
(WMO), lembaga yang berada di bawah naungan PBB, menyebutkan sejumlah gas rumah
kaca itu terus meningkat. Terlebih, tidak ada tanda-tanda bahwa ketiganya akan
mengalami penurunan.
Efeknya pun tak main-main.
Peningkatan permukaan air laut hingga cuaca ekstrem hanya beberapa di
antaranya, sebagaimana HARIAN44 kutip dari Quartz, Senin (26/11/2018).
"Terakhir kali Bumi
mengalami konsentrasi CO2 di atmosfer seperti ini adalah pada 3-5 juta tahun
lalu, saat suhu 2-3 derajat Celsius lebih panas dan permukaan air laut 10-20
lebih tinggi dari kondisi sekarang," ujar Sekjen WMO Patteri Taalas.
Kadar CO2 di atmosfer sepanjang
tahun lalu sudah menyentuh 405,5 ppm, sekaligus menjadi rekor baru. Pada 2016,
konsentrasi karbon dioksida di atmosfer berada di angka 403,3 ppm, dan 400 ppm
di tahun sebelumnya.
Lalu, kadar metana 2,5 kali lebih
tinggi dibanding sebelum Revolusi Industri. Sedangkan konsentrasi dinitrogen
monoksida, yang mampu mengikis ozon, 20% lebih tinggi sebelum periode yang
sama.
Di samping itu, tampak juga
kemunculan kembali dari CFC-11 yang turut berpotensi menghabisis lapisan ozon.
Padahal, salah satu gas rumah kaca tersebut sudah diatur secara internasional.
Secara akumulatif, radiative
forcing (selisih antara panas Matahari yang diterima Bumi dengan yang
dipantulkan kembali ke angkasa), yang disebabkan oleh gas rumah kaca sudah
meningkat sebesar 41% sejak 1990.
"Tanpa pengurangan CO2 dan
gas rumah kaca lainnya di atmosfer secara signifikan, maka perubahan iklim akan
semakin membahayakan dan memberikan efek besar bagi kehidupan di Bumi. Peluang
untuk melawannya kembali pun sudah hampir tertutup," tutur Taalas.
Secara teori, pohon berguna
menyerap CO2 untuk tumbuh. Sehingga menanam banyak pohon berarti mengurangi
kadar karbon dioksida dengan jumlah yang besar juga. Tapi kenyataannya tak
semudah itu.
Ini permisalannya. Jika kita
semua mampu menanam pohon sampai seluas hampir 700 juta hektar, maka akan
terdapat sekitar 10% gas rumah kaca yang dipangkas.
Sayangnya, lahan seluas itu
hampir setara dengan luas Amerika Serikat. Jika cara ini dilakukan, maka
berpotensi dapat mengambil lahan untuk perkebunan dan pertanian yang berpotensi
membuat kita semua kelaparan.