harian44 – Jakarta, Upaya Dalam Kementerian Pertanian
(Kementan) yang dimulai dari rehabilitas irigasi hingga asuransi petani telah berhasil
untuk menanggulangi dampak dari kekeringan. Seperti yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya, kekeringan yang sempat melanda sebagian wilayah
Indonesia berdampak juga pada para petani.
Kekeringan yang terluas memang ada di wilayah Pulau Jawa,
Bali dan NTB, yang merupakan lumbung padi nasional Indonesia. Secara lebih
spesifik lagi untuk kawasan Jawa bagian barat serta utara (pantura).
Tapi bila kita bandingkan dengan tahun lalu, luasan yang telah
terkena dampak jauh lebih sedikit dari perkiraan. Pada tahun 2018 silam, beberapa
wilayah yang terkena kekeringan mencapai sekitar 133,351 ribu hektar serta puso
ada mencapai sekitar 26,287 ribu hektar.
Sementara untuk tahun 2019 ini, angkanya mulai mengecil,
yakni yang terkena dampat dari kekeringan mencapai 108,163 ribu hektar
sedangkan untuk puso hanya mencapai 11,055 ribu hektar.
Keluhan dari para petani untuk sekarang juga belum lagi
terdengar. Para petani yang ada di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Misalnya
seperti tetap bisa bernafas lega meski sawahnya mengalami puso. Alasannya, karena
mereka sudah terlindungi oleh asuransi pertanian.
“ Asuransi ini telah mendapatkan subsisi dari pemerintah.
Petani juga hanya akan membayar Rp 36 ribu per hektar, dan pemerintah akan
tetap membantu sebesar Rp 144 ribu,” ucap Direktur Irigasi Pertanian pada
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan)
Rachmanto.
Saat ini sudah ada sekitar 1 juta hektar untuk lahan yang
sudah terlindungi dengan asuransi. Persyaratan pengajuan dari premi asuransi sudah
cukup mudah. Diajukan oleh para petani lewat petugas penyuluh pertanian (PPL).
Sementara untuk cara klaimnya tetap melalui Dinas Pertanian untuk dinyatakan
gagal panen atau tidak.
" Gagal panen yang terjadi akibat kekeringan mau
tidak mau juga harus diganti melalui skema asuransi," ucapnya.
Namun, untuk bagian wilayah yang belum sampai gagal
panen, masih bisa dilakukan beberapa langkah dalam penanganan yang cukup jitu.
Beberapa langkah antisipasi yang kemudian akan menjadi efektif untuk dijalan
selain asuransi pertanian adalah rehabilitasi irigasi.
Sejak tahun 2015 lalu, Ditjen PSP sudah mulai melakukan
rehabilitasi jaringan irigasi tersier yang seluas 3,13 juta hektar. Dampaknya, untuk
waktu pengairan akan menjadi lebih cepat serta cepat kehilangan air di
sepanjang saluran berkurang secara signifikan.
Kemudian dalam membangun embung-embung pertanian, yang
jumlahnya terus bertambah. Sejak di lima tahun terakhir, Kementan sudah mulai membangun
sekitar 11.654 unit embung. Pembangunan embung ini di lakukan untuk menambah
pasokan air pada lahan sawah yang memiliki potensi tampungan air dan mengalami
kekurangan air pada musim kemarau.
“ Adanya embung ini juga bermanfaat sebagai sebuah cadangan
air untuk penanaman pangan dan peternakan, ” ucap Rahmanto.
Penanggulangan dampak akibat kekeringan yang semakin
efektif setelah ditambah dengan pendistribusian dari pompa air. Pada tahun 2018
saja, di mulai pemerintah melalui Kementan sudah menyalurkan 33.193 unit pompa
air yang dapat dimobilisasi dan dimanfaatkan di sebagian daerah yang terkena
kekeringan.
Sedangkan untuk irigasi perpompaan yang sudah disalurkan telah
mencapai 4042 unit. Irigasi perpompaan, bukan hanya untuk pompa saja namun juga
sekaligus dengan saluran airnya.
Ada juga tindakan yang di lakukan dari Kementan dengan melibatkan
TNI dan Polri, yakni seperti gilir giring. Gilir giring mengalirkan air irigasi
ke areal persawahan secara bergiliran dan adil sehingga untuk semua dapat kebagian
air. Nah, agar proses gilir giring berjalan aman maka dilibatkan aparat.
“ Aparat untuk menjaga pintu air.Maklum, ada juga yang
suka nakal," ucap Rachmanto.
Langkah selanjutnya adalah bersosialisasi untuk dapat menanam
padi gogo serta tanaman lain seperti jagung dan kedelai. Padi gogo, jagung serta
kedelai juga sudah tahan di musim kemarau.
Upaya bersosialisasi ini memang juga membutuhkan upaya,
sebab masih banyak juga para petani yang enggan dalam menanam jenis padi gogo,
jagung atau kedelai. Padahal untuk benih tanaman padi gogo, pemerintah juga
akan memberikan bantuan. Kelebihan varietas tanaman padi gogo ini tidak
membutuhkan air sebesar varietas padi pada umumnya dan dapat tahan terhadap
kekeringan.
" Nantinya, varietas yang ada gogo akan ditanam di
lahan kering, lahan rawa bahkan di lahan sawah yang nanti sumber airnya sedikit
tapi masih memiliki potensi," tuturnya.
Musim kemarau ini mungkin masih akan dapat terus
berjalan. Namun upaya dalam mengantisipasi sudah sangat baik dilakukan oleh
Kementan sehingga aka nada dampaknya bisa diperkecil. Hal ini tidak sampai
merugikan petani serta yang lebih penting lagi pasokan beras juga tidak
terganggu, yang bisa menyebabkan harga merangkak naik.