harian44 - Aksi dari demonstrasi besar-besaran yang terjadi
akibat masyarakat Hong Kong terkait dengan rancangan undang-undang (RUU)
Ekstradisi malah menyebabkan kerugian bagi banyak pihak.
Salah satunya adalah orang terkaya ke-8 di Hong Kong ini,
yang dikabarkan saat ini ia telah kehilangan harta hingga USD 1 miliar atau sama
dengan Rp 14,2 triliun (asumsi kurs 1 Dolar = Rp 14,268) selama protes tersebut
berlangsung.
Mengutip dari laman Business Insider, sabtu (17/08/2019),
adalah Peter Woo, sang miliarder real estate Hong Kong yang harus mengalami nasib
buruk tersebut. Dirinya yang tidak terima juga menuntut agar protes segera
dihentikan.
" Ini waktunya untuk memikirkan lebih dalam tentang
hal seperti ini. Perlawanan ini merupakan ' pohon besar ' , dan pohon juga
harus secepatnya di tumbang," cakapnya.
Bukan hanya Woo, namun dari keluarga kaya raya lainnya
seperti, Merlin Swire ( pemilik maskapai penerbangan Cathay Pacific) dan dari keluarga
Kwok juga ikut menuntut agar aksi demonstrasi tersebut dapat segera dihentikan
agar kekayaan mereka bisa utuh kembali.
" Swire Pacific sangat ikut prihatin terhadap
kerusuhan dan juga kericuhan yang terjadi di Hong Kong ini," ucap konglomerat
itu.
Sebagai informasi, dari aksi ini telah menyebabkan
volatilitas pasar dan mengganggu penerbangan yang ada di negara tersebut.
Kekayaan bagi para miliarder Hong Kong langsung terjun bebas hingga 13 persen
di tahun 2018 lalu. Dan hingga saat ini, belum diketahui kapan protes akan segera
berakhir.
Miliarder Hong Kong Memohon Agar Protes Akbar Berakhir
Di Taipan Hong Kong akhirnya telah angkat suara dalam menolak
protes besar-besaran di negerinya yang dinilai sudah melewati batas dari hukum.
Para Miliarder seperti Peter Woo Kwong-ching (73) menyebut bahwa tindakan
anarkis yang terjadi sudah mirip sekali dengan tindakan terorisme.
" Tindak kekerasan yang telah melanggar hukum dan juga
intimidasi terhadap masyarakat sipil demi mengejar tujuan politik, beberapa
orang bilang juga itu adalah definisi terorisme di Kamus Bahasa Inggris Oxford.
Saya ingin meminta kepada kalian dari setiap kelompok: baik yang merah, kuning,
biru, putih atau hitam, tolong jangan ikut menggunakan kekerasan," kata Woo
seperti dikutip South China Morning Post.
Untuk diketahui, para pendemo anti-pemerintah dari China
di Hong Kong identik dengan pakaian hitam, sementara untuk pro-pemerintah China
mengenakan warna putih. Mayoritas pendemo juga dari anak muda, yakni kurang
lebih ada 60 persen, yang notabene kalangan kelas menengah terdidik.
Para taipan dari properti di Hong Kong juga mulai dari CK
Hutchison, Henderson Land Development, Sun Hung Kai Properties, dan New World
Development, juga ada yang menyiarkan petisi agar masyarakat menyetop semua
protes ilegal. CK Hutchison sendiri adalah sebuah perusahaan milik miliarder
terkaya Hong Kong, Li Ka-shing.
Pasar properti juga ikut angkat suara karena mall-mall yang
ada di Hong Kong sedang dilema, sebab mereka perlu memilih antara memilih melarang
polisi masuk ke mall untuk meringkus pendemo atau membiarkan polisi masuk mall.
Mall yang dimiliki miliarder Peter Woo juga ikut kena damprat media pemerintah
China karena " melindungi " pendemo. Sebaliknya, jika pengelola mall tersebut
malah membiarkan polisi masuk mall, maka pihak pendemo akan murka.
Peter Woo juga berkata bahwa untuk demo tersebut mestinya
sudah berakhir karena adanya tuntutan membatalkan RUU Ekstradasi telah berhasil.
Namun, kini pendemo malah sebaliknya ingin Pemimpin Eksekutif Carrie Lam mundur
sebagai satu dari lima tuntutan mereka.
Demo sekarang pun juga telah dinilai hanya mengulang
gerakan Occupy Central yang terjadi di Hong Kong pada tahun 2014 lalu. Gerakan
itu juga dikenal dengan nama Gerakan Payung sebagai sebuah simbol dalam melawan
gas air mata polisi.
" RUU Ekstradisi sudah mengalami game over. Lima dari
tuntutan yang ada hanyalah sebuah pretensi yang di lakukan untuk memperjuangkan
apa yang telah gagal pada gerakan Occupy Central yang sudah melewati apa yang
diizinkan oleh hukum," ucap miliarder itu.