Muak dengan Para Kelakuan Politikus, Miliarder Dari Taiwan Ini Batal Jadi Capres


harian4, Taipei - Miliarder yang bernama Terry Gou asal Taiwan masuk ke dalam daftar miliarder yang mengurungkan niat untuk jadi seorang capres. Gou juga mengaku bahwa dirinya tak tahan dengan kelakuan para politikus yang mengejar ambisi lewat kebencian.

" Setelah saya ikut dalam beberapa bagian di kampanye, semua yang saya lihat adalah hanya para politikus memantik kebencian, konfrontasi, dan popularisme, " demikian juga pernyatan Gou seperti dikutip Business Insider.

Pernyataan Gou pada Senin malam, 16 September 2019 tersebut, membuat terkejut kancah politik dan media massa. Pekan lalu, ia sudah diketahui baru saja hengkang dari Partai Kuomintang yang sudah pro-China sehingga menambah spekulasi bahwa Gou juga serius ingin menjadi Presiden Taiwan.

Sang miliarder ini telah diprediksi akan maju lewat jalur independen karena kalah di pemilihan capres Partai Kuomintang. Walikota Kaohsiung, Han Kuo-yu, dan terpilih menjadi capres partai tersebut.

Gou berkata urung menjadi seorang capres atas perenungan pribadinya sendiri, tanpa intervensi pihak mana pun. Ia berjanji tetap akan menyuarakan beberapa gagasannya demi kepentingan publik dan negaranya.

Miliarder Terry Gou merupakan seorang bos dari perusahaan elektronik Foxconn, serta dia juga salah satu orang terkaya yang ada di Taiwan. Menurut Forbes kekayaannya kini telah mencapai USD 6,6 miliar atau Rp 92,9 triliun (USD 1 = Rp 14.079).

Pilpres Taiwan akan segera di adakan pada 11 Januari 2020. Calon petahana Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokrat yang akan melawan Han Kuo-yu.

Miliarder Starbucks Juga Batal Jadi Capres


Miliarder Howard Schultz serta seorang mantan CEO Starbucks ini telah menulis surat terbuka bahwa ia akan membatalkan rencana menjadi calon presiden Amerika Serikat (AS). Keputusan yang diambil dirinya setelah melihat kondisi politik AS yang saat ini kurang menguntungkan bagi seorang capres independen seperti dirinya.

Alasan itu muncul karena kehadiran capres independen seperti Schultz mengancam bisa memecah dukungan di kalangan partai oposisi. Bila demikian, maka seorang presiden petahana Donald Trump malah bisa kembali terpilih dan Schultz ingin juga mencegah itu.

independen karena hal itu ditakutkan berujung pada pemilihan kembali seorang presiden petahanan yang membawa bahaya yang tak bisa," ucap Schultz dalam situs resminya howardschultz.com.

Ada juga dalam masalah kesehatan yang menjadi alasan sang miliarder mengurungkan rencana sebagai capres. Sejak Juni lalu, ia mengaku bahwa telah menderita sakit di punggung dan harus segera dioperasi.

Latar belakang Schultz sebagai seorang CEO sukses di Starbucks menjadi modalnya untuk maju sebagai capres. Secara keuangan pun ia juga masuk zona aman karena punya kekayaan US 4,6 miliar atau Rp 64,7 triliun (USD 1 = Rp 14.070).

Uang Kampanye Akan Disumbangkan


Uang yang telah ia siapkan demi menjadi capres pun juga akan segera ia sumbangkan ke berbagai pihak, seperti yayasan. Schtulz pun berjanji akan terus berjuang demi masyarakat, meski ia lakukan tak lewat jalur pemerintahan.

" Uang yang sudah saya siapkan untuk kampanye presiden akan saya investasikan kepada masyarakat, dalam berbagai organisasi, dan ada gagasan yang memproomsikan kejujuran, adab, yang dapat menghasilkan hasil di perpolitikan kita," ucap Schultz.


Schultz juga mengumumkan niatnya sebagai seorang capres pada Januari lalu. Ia mengaku tak senang melihat elit para politik yang ada di Washington, D.C., yang lebih memilih kepentingan partai ketimbang menyelesaikan masalah.



Ia adalah salah satu dari empat miliarder yang sempat dikabarkan menjadi seorang capres pada pilpres AS 2020. Tiga di antara lainnya adalah Tom Steyer, Jamie Dimon, dan juga Michael Bloomberg. Steyer sudah resmi ikut berkampanye, sementara Bloomberg dan Dimon resmi mengumumkan bahwa mereka tak akan menjadi capres.