Pertama Kalinya, Ditemukan Air Cair di Atmosfer Eksoplanet Zona Huni


harian44 – Ternyata di sebuah atmosfer dari eksoplanet yang hanya memiliki jarak 111 tahun dari cahaya dari Bumi, para astronom baru saja membuat penemuan baru yaitu keberadaan adanya air cair.

Ada sebanyak 50 persen dari kandungan atmosfer di K2-18b ( planet yang di luar tata surya dimaksud ) bisa berupa adanya uap air. Namun tidak seperti eksoplanet raksasa lainnya yang adanya cairan yang terdeteksi, K2-18b adalah sebuah Bumi dalam versi besar, yang di permukaannya berbatu seperti Bumi, Mars dan Venus.

Penemuan yang satu ini tak hanya membantu para ilmuwan dalam memahami atmosfer eksoplanet yang masuk ke zona layak huni, tetapi juga dapat mengetahui fakta di balik eksoplanet yang ada di orbit dekat bintang katai dengan warna merah.

" Dengan menemukan air cair di dunia lain yang memiliki potensi untuk dihuni oleh manusia, sangat menarik," kata para astronom Angelos Tsiaras dari University College London, seperti dikutip dari Science Alert, pada Kamis (11/9/2019).

" K2-18b sebenarnya bukan 'Bumi 2.0', karena jika di lihat secara signifikan lebih berat dan memiliki komposisi atmosfer yang sangat berbeda," ucapnya.

K2-18b telah ditemukan pada tahun 2015 lalu dan hal ini merupakan planet angkasa luar yang sangat sulit untuk dijabarkan. Planet tersebut memiliki orbit yang cukup dekat dengan bintang katai merah bernama K2-18 setiap 33 hari.

Selain itu, terdeteksi juga adanya  tingkat iradiasi (penyinaran) bintang di planet ini mirip dengan di Bumi ( kecuali untuk beberapa aktivitas memiliki pancaran tinggi yang khas ala katai bewarna merah ).

Hal itu dikarenakan adanya orbit tersebut tepat di tengah zona layak huni oleh para bintang dan tidak terlalu panas, sehingga air dari cair akan menguap dari permukaan tersebut; tidak terlalu dingin, sehingga air cair akan benar-benar dapat membeku.

Ilmuwan juga tahu bahwa adanya K2-18b yang berukuran sekitar dua kalinya Bumi serta berkisar delapan kali dari massa Bumi. Para astronom bahkan berusaha untuk mempersempit K2-18b menjadi dua jenis.

Planet yang Lembab


Pada tahun 2017 lalu, sebuah tim menentukan bahwa untuk K2-18b ini sebenarnya bisa berupa planet berbatu dengan atmosfer seperti Bumi akan tetapi bisa lebih jumbo atau sebuah planet dengan sebagian besar dari perairan, dan ditutupi oleh lapisan es yang tebal, seperti Enceladus atau juga seperti Europa.

Penelitian baru kali inilah yang menunjukkan bahwa adanya K2-18b yang memiliki atmosfer. Planet tersebut terdeteksi oleh pesawat ruang angkasa Kepler ( yang saat ini sudah mati ), yang ada mendeteksi planet-planet di luar tata surya melalui beberapa metode transit.

Metode transit ini dapat membantu para peneliti untuk mempelajari atmosfer planet tersebut. Ketika adanya cahaya bintang yang melewati planet, beberapa panjang gelombang dapat diserap oleh gas tertentu, dan akan menghasilkan garis pada spektrum.


Mendeteksi eksoplanet pada awalnya juga akan memerlukan instrumen yang sangat sensitif sehingga mampu memetakan kemiringan cahaya bintang.

Tsiaras beserta timnya sudah melakukannya dengan menerapkan instrumen WFC3 pada Hubble Space Telescope. Mereka akan mencitrakan delapan transit planet yang berada di depan bintang dan menggabungkannya untuk menghasilkan berupa berat rata-rata, menciptakan profil spektral (hasil interaksi antara energi elektromagnetik (EM) dengan suatu objek tertentu) pada planet ini.


Selanjutnya, mereka menggunakan akan melakukan pemodelan. Awalnya, mereka akan menjalankan model atmosfer K2-18b dengan berbagai beberapa molekul dari atmosfer yang dapat menghasilkan garis penyerapan, termasuk zat air (H2O), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan juga amonia (NH3).

Dalam spektrum K2-18b, hanya terdapat air cair yang dapat diterdeteksi, sehingga tim merevisi analisis mereka: hanya akan memakai air cair yang di jadikan sebagai sebuah jejak.


Langkah berikutnya, para tim akan segera memodelkan atmosfer dengan menggunakan tiga pendekatan berbeda: tanpa awan, dengan uap air di atmosfer hidrogen-helium; tanpa menggunakan awan, dengan uap air, hidrogen-helium, dan nitrogen molekul; serta berawan, dengan uap air dan juga hidrogen-helium.

Ketiga simulasi akan menghasilkan kondisi yang signifikan secara statistik, dengan nilai-nilai yang sangat mirip.

Model tersebut dapat menunjukkan bahwa antara sekitar 20 dan 50 persen atmosfer K2-18b bisa berupa menjadi uap air. Sebagai referensi, atmosfer Bumi mengandung uap air antara 0 sampai 5 persen ( atau rata-rata keseluruhan menjadi 0,25 persen ). Jadi, K2-18b bisa dikatakan sebagai sebuah planet yang cukup lembab.