Karena Hasil Pilpres Rupiah Menjadi Stagnan


Harian44 - Pada hari Selasa tanggal 21 pada pagi ini pada perdagangan pasar spot nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.455 per dolar Amerika Serikat (AS). Dengan demikian juga rupiah memiliki pergerakan dengan hasil stagnan dibanding posisi pada hari Senin tanggal 20 kemarin yang sama-sama di angka Rp14.455 per dolar AS.

Untuk pagi hari ini, pada sebagian besar mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong juga menguat menjadi 0,01 persen, won Korea Selatan menguat 0,06 persen, dolar Singapura menguat 0,07 persen, baht Thailand sebesar 0,13 persen, dan juga pada peso Filipina yang menguat sebesar 0,24 persen.

Di sisi lain juga terdapat mata uang yang melemah seperti yen Jepang sebesar 0,11 persen dan ringgit Malaysia sebesar 0,06 persen. Sementara itu ada pergerakan mata uang negara maju terbilang bervariasi, yang di mana euro melemah 0,01 persen namun poundsterling Inggris menguat sebesar 0,03 persen dan dolar Australia menguat 0,18 persen.

Analis pada Asia Tradepoint Futures oleh Deddy Yusuf Siregar mengatakan pergerakan rupiah hari ini akan didominasi oleh sentimen domestik.


Baca Juga : Gunung Sinabung Yang Statusnya Menurun Menjadi Level Siaga


Semalam, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah merampungkan hasil rekapitulasi pemilihan umum 2019. Seharusnya, investor sudah tidak lagi memasang sikap menunggu (wait and see) ke dalam negeri. Hanya saja, investor lebih khawatir dengan aksi respons hasil pemilu yang bisa berujung kerusuhan.

Kemudian, sentimen perang dagang juga masih mewarnai pergerakan rupiah kali ini. Apalagi, kini situasinya kian memanas, di mana China terlihat enggan melanjutkan negosiasinya dengan AS karena negara adidaya itu melancarkan kenaikan tarif bahkan sebelum negosiasi menelurkan hasil.

"Rupiah masih tidak menentu, ada tekanan dari domestik dan luar negeri sehingga hari ini rupiah akan bergerak moderat di Rp14.440 hingga Rp14.475 per dolar AS," jelas Deddy kepada CNNIndonesia.com, Selasa (21/5).

Kemudian, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah masih mengalami tekanan seiring memanasnya suhu geopolitik di Timur Tengah yang bisa mempengaruhi kenaikan harga minyak dunia. Jika tren ini bekerlanjutan maka bisa saja menjadikan uang rupiah jelek dipasaran. Pasalnya, kenaikan harga akan membuat biaya impor minyak kian mahal.

"Yang pada aakhirnya memiliki arti yaitu akan ada tekanan bagi neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, ini bukan berita baik buat rupiah dan aset-aset berbasis mata uang Tanah Air," jelas Ibrahim.