harian44 – Terjadinya gempa yang bermagnitudo 5,2 diupdate
4,9 telah mengguncang Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Banten, Minggu, 28 Juli 2019
kemarin lalu.
Meskipun gempat tersebut tak berpotensi tsunami, namun getaran
gempa terasa hingga ke sejumlah wilayah. Salah satunya itu kota Jakarta. Ada juga
beberapa lokasi gempa yang dilaporkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) yang terjadi di 59 km Barat Daya Bayah-Banten, dengan
kedalaman mencapai hingga 10 kilometer.
Hingga kemarin sampai sekarang juga belum ada informasi
terkait jatuhnya korban jiwa atas akibat terdampak gempa tersebut. Lantas,
apakah gempa yang terjadi di Bayah di Provinsi Banten ini dapat memicu letusan terjadinya
di Gunung Merapi dan Tangkuban Parahu?
Berikut adalah deretan seputar fakta terkait gempa magnitudo
4,9 yang bikin Bayah Banten malah berguncang:
Dimutakhirkan Jadi
Magnitudo 4,9
Sebelum telah dimutakhirkan menjadi magnitudo 4,9, sebuah
gempa yang membuat Bayah, Provinsi Banten bergetar hingga dilaporkan
mengeluarkan kekuatan magnitudo 5,2.
BMKG telah melaporkan lokasi gempa Bayah yang berada di
59 km Barat Daya Bayah-Banten, dengan kedalaman mencapai hingga 10 kilometer. Sementara
itu, koordinat titik gempa yang terjadi di 7.42 Lintang Selatan,106.03 Bujur
Timur.
Terasa hingga
Jakarta
Meskipun BMKG sudah melaporkan tentang gempa tersebut tak
berpotensi tsunami, namun getaran lindu terasa sampai ke Jakarta.
" Iya di kantor tadi juga berasa sedikit, "
kata warga Jakarta, Agung Prasetyo, Jakarta, pada Minggu (28/7/2019)
Tak hanya di Jakarta, BMKG juga menyebut getaran gempa
Bayah yang terjadi pada pukul 21.25 WIB itu juga bisa dirasakan di Pelabuhan
Ratu dan Sukabumi Selatan dengan III MMI. Depok II-III MMI.,
" Sedangkan Serang dan Munjul II MMI, " ditulis
BMKG.
Tidak Menimbulkan
Kerusakan
Sementara itu, gempa yang terjadi di Bayah Banten dengan bermagnitudo
5,2 lalu diupdate menjadi 4,9 terjadi pada Minggu malam, hingga kini belum ada
laporan terkait tentang infrastuktur maupun keadaan bangunan rumah warga.
" Kami sudah mengerahkan semua relawan kecamatan
untuk melakukan pemantauan, khususnya untuk di lokasi titik gempa, " kata
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Lebak Kaprawi saat setelah dihubungi di Lebak, Banten, Minggu 28 Juli 2019.
Berdasarkan dari beberapa data Badan Meteorologi
Klimatalogi dan Geofisik (BMKG) mengenai pusat gempa Bayah yang berada 59 km barat
daya Bayah, Banten 67 km Tenggara Muara Binuangeun-Banten, 75 km barat daya
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, 146 km barat daya Serang-Banten, dan 164 km
barat daya Jakarta.
" Kami juga sampai saat ini masih belum menerima
laporan dari sejumlah relawan di kecamatan yang bertugas di wilayah selatan
adanya kerusakan rumah warga maupun infrastruktur yang lainnya," kata
Kaprawi.
Tidak Berpengaruh
Terhadap Gunung Krakatau
Jadi?, apakah gempa dari kota Bayah dapat memicu erupsi pada
Gunung Krakatau di Selat Sunda? Tidak sama sekali. Hal ini diungkap oleh Kepala
Bidang Informasi Gempabumi dan juga Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono
kepada harian44, Minggu, 28 Juli 2019.
" Tidak, tidak sama sekali. Jadi Krakatau terlalu
jauh, hanya II MMI, getarannya juga sudah melemah," ujar Daryono.
Dia juga menambahkan bahwa, gempa bumi tidak akan
mengganggu aktivitas gunung berapi asalkan gunung tersebut tidak dalam kondisi yang
aktif. Hal itu pernah terjadi pada gempa Lombok yang bermagnitudo sebesar 7.
" Jangankan jauh, dulu di Lombok sampai (magnitudo)
7, Gunung Rinjani juga enggak apa-apa tuh. Gunung yang terpengaruh terhadap
gempa kalau kondisinya sedang aktif saja. Lavanya cair, volume gasnya juga banyak.
Itu gempa yang bisa memicu letusan. Tapi kalau magmanya sudah kental, gasnya
tidak banyak, aman-aman saja," lanjutnya.
Bagaimana dengan
Tangkuban Parahu?
Dan tak hanya Gunung Krakatau, dia juga mengungkapkan bahwa,
kondisi Gunung Tangkuban Parahu yang ada di Jawa Barat juga akan aman-aman
saja. Dikatakannya, meskipun getarannya bisa mencapai Sukabumi, gempa yang terjadi
di Bayah Banten tersebut tak akan terpengaruh terhadap aktivitas magma yang ada
di Gunung Tangkuban Parahu.
" Sama juga seperti ke Tangkuban Parahu yang
memiliki jarak cukup jauh, percepatan getaran tanahnya juga sudah melemah dan
data dari skalai intensitasnya relatif kecil II hingga III MMI, " ucapnya.
Dia juga menambahkan bahwa, peristiwa erupsi yang terjadi
di Gunung Parahu beberapa waktu lalu merupakan erupsi reaktif. Letusan tersebut,
kata Daryono, akibat adanya akumulasi uap air.
" Jadi itu bukan magmatik. Melainkan kayak orang
masak air, jomplang tutup. Enggak terlalu bahaya. Cuman ada kepanikan karena
abunya menyembur saja. Atasnya ada tumpukan materil vulkanik, yang didorong
tekanan uap dari bawah itu," jelas dia.