harian44 - Satu lagi novel legendaris hasil dari karya
Pramoedya Ananta Toer telah diadaptasikan kembali menjadi sebuah film layar
lebar, yakni dengan berjudul “ Perburuan “ yang telah tayang sejak Kamis
(15/9/2019). Penayangan film Perburuan tersebut tepat bersamaan dengan Bumi
Manusia yang diadaptasi dari penulis novel yang sama juga.
Namun ada sedikti yang berbeda dengan Bumi Manusia, film
Perburuan ini tidak diketahui oleh banyak orang. Karena untuk film ini sama-sama berlatar zaman kolonial, yang
di mana Perburuan akan fokus pada masa
penjajahan Jepang. Dalam film Perburuan tersebut, Adipati Dolken yang akan
beradu akting dengan Ayushita.
Dalam film Perburuan ini mengisahkan tentang Hardo
(Adipati Dolken) yang sedang diburu oleh tentara Jepang. Hardo adalah seorang
shodanco (pimpinan kompi) yang sedang melakukan perlawanan nya kepada penjajah Jepang
demi meraih kemerdekaan Indonesia. Shodanco atau Komandan Pleton adalah seorang
jabatan dalam struktur PETA.
Berikut adalah deretan 4 fakta yang menarik dalam film
Perburuan.
Keluarga Pasrah pada Sutradara
Berbeda dengan cerita Bumi Manusia, proses syuting
Perburuan ini di lakukan dengan tidak diketahui oleh pihak keluarga Pramoedya
Ananta Toer. Namun, keluarganya juga sudah mempercayakan penerjemahan naskah ke
dalam bentuk film kepada Falcon Pictures.
Selain itu, sutradara dari film Perburuan, Richard Oh,
telah dianggap sebagai keluarga dari pihak Pramoedya Ananta Toer. Sehingga, untuk
pihak keluarga yang sangat di percaya bagaimana cara proses penggarapan dari film
Perburuan ini.
Tantangan Baru Adipati Dolken
Dalam film Perburuan ini telah banyak mengambil lokasi
syuting seperti di alam terbuka seperti hutan. Hal ini menjadi sebuah tantangan
tersendiri bagi Adipati Dolken.
Apalagi selama proses syuting berlangsung, Adipati Dolken
diharuskan untuk tidak mengenakan alas kaki. Serta Adipati Dolken harus tetap
bisa berkonsentrasi dalam berdialog dan memperhatikan keadaan sekitarnya.
" Syutingnya juga enggak pakai sepatu, terus enggak
pakai alas kaki, lalu masuk gua, segala macam deh," ujar Adipati Dolken
seperti dilansir dari harian44.
Naskah 13 Halaman
Dalam film Perburuan yang diadaptasi dari novel sastra.
Tentunya, untuk bahasa yang digunakan akan sedikit berbeda dari beberapa film
kebanyakan. Adipati Dolken yang sudah sering bermain dalam berbagai film ini, pasti
akan tetap merasa kesulitan dalam menghafal jumlah naskah yang di berikan pada film
Perburuan ini.
Tidak hanya karena gaya bahasa yang di gunakan, tetapi dalam jumlah kalimat yang
diucapkan oleh Adipati Dolken tentunya juga akan cukup panjang. Adipati Dolken juga
sudah pernah menerima skrip yang berjumlah 13 halaman dalam satu adegan saja.
Mendukung Film Bumi Manusia
Walaupun film Perburuan dengan Bumi Manusia telah tayang
pada hari yang sama, namun untuk hal tersebut juga tidak ada persaingan yang untung
rugi. Adipati Dolken juga mengaku tak merasa bersaing dengan Iqbaal Ramadhan,
pemeran utama di film Bumi Manusia.
" Maksudnya, ini kan satu rumah, dan untuk tujuannya
bukan bersaing, justru malah untuk memperlihatkan bahwa kita itu menghargai
karya dari Pram (Pramoedya Ananta Toer)," kata Adipati Dolken.
Peran Ningsih dalam film Perburuan ini akan di percayakan
kepada Ayushita yang juga ternyata sempat membuat sang aktris kelimpungan.
Pasalnya, wanita 30 tahun ini punya waktu yang terbilang sangat singkat untuk
menguasai peran penting di film Perburuan kali ini.
" Aku mulai persiapannya cuma seminggu,"
tuturnya dalam wawancara khusus Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2019)
lalu.
Latihan dengan Adipati Dolken
Hal lain yang juga menantang untuk Ayushita, adalah soal
dialog di dalam film Perburuan yang bernuansa sastrawi. Ia juga harus terlihat
alami saat mengucapkan kalimat yang sebenarnya tak ia gunakan dalam kehidupan kesehariannya
tersebut. Ia akan menyiasatinya dengan sering-sering berlatih bersama Adipati
Dolken, dalam pemeran Hardo di film ini.
" Waktu makan siang atau waktu Dipat (Adipati
Dolken) main game PUBG, setiap ada kesempatan kita akan nyobain dialog," ucapnya.