harian44 - Hukuman mati adalah sebuah sanksi tegas yang di
mana konon bisa " membuat jera " sang pelaku dalam tindakan kriminal.
Meski hal tersebut masih diperdebatkan oleh banyak orang.
Biasanya untuk hukuman mati akan diberlakukan pada pelaku
seperti terorisme, pengedar narkoba, dan pembunuhan. Tak jarang, jika ada sanksi
jenis ini dianggap hukuman kejam untuk pelaku yang juga kejam sehingga ada harapannya
dapat memberikan keadilan bagi korban. Namun tidak jarang juga, hukuman mati ini
malah dianggap sebagai sanksi yang tidak manusiawi.
Sejak lama pertama kali diperkenalkan, terdapat lima
bentuk hukuman mati, yakni seperti : dengan regu penembank seperti di
Indonesia, gantung, menggunakan gas mematikan, sengatan listrik, serta suntikan
mematikan.
Tak hanya di Indonesia, namun untuk hukuman mati juga
diberlakukan di Negara maju lainnya seperti Amerika Serikat, khususnya di 29
negara bagian seperti dikutip dari laman toptenz.net, Selasa (27/8/2019).
Untuk di Amerika Serikat sendiri, sudah terdapat banyak
cerita miris terkait soal hukuman mati. Salah satunya adalah di mana masa
tunggu eksekusi. Bisakah kalian semua membayangkan, bagaimana rasanya hidup
dengan status telah dijatuhi cap hukuman mati namun eksekusi tak kunjung
datang?
Kondisi hidup kalian tentunya akan sangat berbeda.
Mungkin, kalian hanya akan terus-menerus memikirkan tanggal eksekusia atau di
saat yang sama dikucilkan dari lingkungan sosial. Penderitaan itu makin lama akan
memuncak, jika tahu bahwa kalian sebetulnya tidak bersalah.
Menunggu 33 Tahun untuk Dieksekusi
Pada tahun 1984, waktu rata-rata tahanan akan menunggu
dihukum mati adalah sekitar 6 tahun 2 bulan. Baru-baru ini pada tahun 2013 lalu,
waktu yang akan ditunggu melonjak signifikan menjadi 15,5 tahun.
Rekor tersebut akan menunggu waktu antrean hukuman mati
di dunia adalah selama 33 tahun. Kala itu untuk pelaku kriminal yang dieksekusi
adalah Jack Alderman, yang dihukum tepatnya di Georgia pada tahun 2008,
mengutip toptenz.net.
Karena waktu antrian yang lama, tak mengherankan bahwa
untuk para narapidana justru meninggal secara alamiah sebelum tanggal eksekusi itu
tiba. Salah satunya seperti menimpa Gary Alvord, yang meninggal pada tahun 2013
pada usia 66 tahun. Ia mederita tumor otak setelah menunggu tanggal eksekusinya
di Florida.
Alvord bukanlah salah satu narapidana paling tua yang
dijatuhi hukuman mati, namun begitu juga dengan Leroy Nash. Nash adalah salah
satu pelaku kriminal yang telah meninggal di Arizona pada usia 94 tahun pada
2010 lalu. Ia meninggal karena sebab alamiahnya saat menanti tanggal eksekusi
tiba.
Hukuman Mati Tidak Murah
Banyak pihak yang beranggapan bahwa untuk hukuman mati
adalah sanksi yang murah. Namun tahukah kalian jika, hukuman ini sebetulnya
membutuhkan uang yang tidak sedikit.
Baca Juga : Dikabarkan ibukota pindah , Agung Podomoro menjual propertinya Rp 700 Juta di Kalimantan Timur
Di Maryland, Amerika Serikat untuk setiap eksekusi mati selalu
membutuhkan uang sekitar US$ 3 juta. Sementara untuk di California AS
membutuhkan kurang lebih US$ 137 juta setahun, lebih mahal dibanding memberikan
makan untuk para narapidana yang hanya membutuhkan US$ 11,5 juta.
Bagian yang paling mahal dari kasus hukuman mati ini adalah
waktu sebelum serta selama persidangan.
Dalam tahap ini, akan di lakukan investigasi berulang
kali, terutama oleh kejaksaan. Bahkan jika tidak ada banding pasca-hukuman, akan
masih tetap mahal.