Perjalanan Georgina Rodriguez, Gadis Miskin yang Jadi Calon Istri Cristiano Ronaldo
Georgina Rodriguez kiranya lahir di Buenos Aires, Argentina, pada tanggal 27 Januari 1994. Dan Dia terlahir dari keluarga yang miskin, Ana Maria Hernandez dan Jorge Rodriguez.
Ayahnya, Jorge merupakan seorang kriminal kelas kakap di Argentina. Dia juga ialah seorang terpidana kokain dan gembong narkoba yang memiliki hukuman penjara selama 10 tahun sejak 2003.
Jorge dihukum seberat itu karena ketahuan menyelundukan kokain seharga 100 ribu poundsterling dari Spanyol ke Prancis. Akan tetapi , dia mendapat remisi penahanan dan bebas pada 2008.
Akan tetapi Jorge tidak lama menghirup udara bebas. Dia kembali lagi masuk ke hotel prodeo karena menyelundupkan ganja seharga satu juta pound sterling dari Maroko ke Spanyol. Dia kembali bebas pada 2013.
Baca juga : Muak dengan Para Kelakuan Politikus, Miliarder Dari Taiwan Ini Batal Jadi Capres
Dan meski begitu , Georgina Rodriguez tidak mau seperti ayahnya. Bahkan Dia memiliki sebuah mimpi besar, menjadi orang terkenal di dunia. Mimpinya tersebut membuat dirinya ingin menjadi penari balet. Namun pada akhirnya , orang tuanya tidak pernah mampu membiayainya Gina, sapaan Georgina Rodriguez, sekolah di kelas dansa.
Saat Melihat keluarganya yang sedang kesulitan ekonomi, Gina juga mengubah mimpinya, dia berusaha menjadi salah satu pegawai ritel fashion. Ketika usahanya sudah beranjak dewasa, wanita yang kini berusia 25 tahun itu pindah ke Huesca, Spanyol, dari tanah kelahirannya.
Dan tepatnya Di Huesca, dia mendapat pekerjaannya juga sebagai pelayan toko. Namun dia tak lama tinggal di Huesca karena menempati kos-kosan yang sangat sempit dengan beberapa wanita muda lainnya.
Gina yang bosan hidup miskin pindah di daerah dekat pantai San Sebastian, bagian utara Spanyol. Di sana, dia mendapat pekerjaan yang sesuai dengan impiannya, yaitu pelayan toko kelas menegah, Massimo Dutti. Saat berkerja di sini, Gina juga berlatih kelas dansa untuk dia bisa menjadi orang terkenal.
Kendati demikian, Gina tidak pernah puas. Dia memutuskan pindah ke Inggris untuk menjadi seorang pengasuh karena tuntutan gaya hidup yang tinggi. "Saya ingin bekerja dalam kemewahan dan mengerti kalau untuk melakukan itu (hidup mewah), saya harus bisa bahasa Inggris," ucapnya, dikutip dari XLSemanal.
Gina bekerja sebagai pengasuh di Bristol, Inggris pada 2012, saat usianya masih berusia 17 tahun. Saat bekerja untuk sebuah keluarga di Bristol, Gina fokus belajar Bahasa Inggris dan mendapat bayaran sebesar 9,5 pound sterling (Rp 175 ribu) per jam.