NASA Buka Peluang Kerja Sama Mitra Internasional Untuk Misi ke Bulan


harian44 - Dengan terbukanya kerja sama internasional luar angkasa guna membuat mereka bisa merasakan berpijak di bulan untuk pertama kalinya. Setelah berhasil melakukan perjalanan ke bulan, NASA terbuka perihal gagasan partisipasi internasional, yang berarti pihak dari luar Amerika juga bisa turut merasakan berpijak di satelit alami Bumi untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hal itu disampaikan Kepala Ruang Angkasa Global pada Senin 21 Oktober.

"Saya pikir ada banyak ruang di Bulan, dan kami membutuhkan semua mitra internasional kami untuk pergi bersama kami ke Bulan," kata administrator NASA, Jim Bridenstine di Kongres Astronautika Internasional ke-70 yang diadakan di Washington.

"Jika kita dapat mencapai kesepakatan terkait kontribusi semua negara dan bagaimana mereka akan menjadi bagian dari perjalanan ini, maka tentu saja saya akan melakukannya, saya akan melihat bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk tidak dapat memiliki mitra internasional bersama kami di bulan," tambahnya.

 Ia mengatakan NASA tidak menutup kemungkinan untuk mencapai kesepakatan agar sejumlah negara bisa berkontribusi untuk misi ke bulan.

Baca Juga : Irlandia Utara Resmi Legalkan Pernikahan Sesama Jenis dan Aborsi

"Kontribusi semua negara terkait bagaimana mereka menjadi bagian dari arsitektur, maka tentu saya melihat tidak ada alasan agar kita bisa menggandeng semua mitra internasional untuk bisa bersama kami ke Bulan," ucapnya.

 Dilansir dari Channel News Asia, Selasa (22/10/2019), Amerika mengembangkan pesawat ruang angkasa (Orion) dan stasiun ruang angkasa mini (Gateway) yang akan tetap berada di orbit bulan, yang secara teori akan digunakan untuk misi kru pertama pada tahun 2024 mendatang, Artemis 3.

 Hanya satu misi yang akan diproduksi di luar AS yaitu modul layanan Orion yang akan memasoknya dengan listrik, tenaga penggerak, kontrol termal, udara dan air di ruang angkasa dan sedang dikirim oleh European Space Agency (ESA).

 Anggaran sebesar US$3 miliar atau setara dengan Rp42,2 triliun digunakan untuk membangun tiga buah kapsul Orion. Lockheed Martin membangun kapsul ini agar para astronaut Amerika Serikat kembali ke bulan pada 2024.

 Jan Worner, kepala Badan Antariksa Eropa (ESA) mengatakan pihaknya terbuka terhadap peluang untuk bekerja sama dengan NASA.



"Kami juga dalam pembicaraan dengan NASA, sehingga nanti akan ada astronaut Eropa di permukaan Bulan," ungkap Worner.

 Menurutnya pada awal meluncur di 2024 besar kemungkinan mini ini murni membawa kru berkewarganegaraan Amerika. Ia membuka kemungkinan warga negara Eropa bisa menyusul menginjakkan kaki ke Bulan pada 2027 atau 2028.

 Jepang menjadi salah satu negara yang belakangan menunjukkan ketertarikannya untuk misi antariksa. Rencana NASA ini disebut bisa memberikan keuntungan bagi Jepang untuk membuat bab baru dalam sejarah antariksa.

"Ini pertanyaan yang sangat sederhana bagi saya karena Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang (JAXA) ingin mengirim astronaut Jepang ke permukaan bulan," ungkap presiden JACA, Hiroshi Yamakawa.

 "Dalam pembicaraan bersama dengan NASA, sehingga kami memiliki astronot Eropa di Bulan, ini tentu saja merupakan keinginan Eropa," kata Jan Worner, kepala ESA, pada konferensi pers yang sama.

"Pada perjalanan di 2024, masih dilakukan oleh sepenuhnya pihak Amerika," katanya kemudian kepada AFP. Untuk orang Eropa, bisa jadi "2027, 2028, bisa jadi seperti itu."