harian44, Sekarang sudah di mulai untuk Pre-order Huawei
Mate 30 Pro akan digelar mulai hari ini, Jumat (15/11/2019), di Indonesia.
Huawei tentunya akan memberikan pengarahan kepada konsumen terkait ketiadaan aplikasi
Google Mobile Service (GMS) termasuk Play Store, YouTube, Maps, dan Chrome,
pada smartphone tersebut.
Deputy Country Director Huawei Consumer Business Group,
Lo Khing Seng, mengatakan bahwa untuk Huawei kali ini akan memastikan konsumen
mengetahui kondisi produknya. Ia tak ingin konsumen seperti ungkapan membeli
kucing di dalam karung.
"Saat pre-order mulai, kami akan memberikan brief
(pengarahan) kepada konsumen yang mau membeli. Kami akan jujur ke mereka
tentang bagaimana kondisinya, dan solusi yang akan kami berikan," ungkap
Lo, di Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Untuk membuat penjualan smartphone Huawei Mate 30 Pro dapat
berjalan lancar, perusahaan hanya akan menjualnya melalui jalur penjualan
offline, termasuk salah satunya itu di Huawei Experience Store Taman Anggrek
Jakarta dan juga sejumlah toko Erafone.
" Untuk saat ini kami tidak jual ke semua kanal
penjualan, tapi kami pilih yang bisa memberikan penjelasan ke konsumen.
Promotor kami yaitu (di kanal penjualan offline) akan selalu memberikan
penjelasan secara langsung kepada para konsumen," lanjut Lo Khing Seng.
Seperti yang kita diketahui sebelumnya bahwa, untuk Huawei
telah masuk ke dalam daftar hitam perdagangan Amerika Serikat (AS), sehingga kali
ini tidak bisa menggunakan produk-produk buatan negara tersebut. Salah satu
dampak yang terkena, Huawei tidak bisa memasang aplikasi utama Google termasuk sepertiPlay Store di seri Mate 30.
Ketiadaan layanan sebuah Google membuat ekosistem
aplikasi Android di Mate 30 menjadi terbatas. Tetapi tidak perlu risau karena
ada juga cara untuk mengatasinya, Huawei saat ini bergantung pada Huawei Mobile
Services (HMS). Sebagai pegganti aplikasi dari Play Store, pengguna Mate 30
bisa mengunduh layanan Android dari dari toko aplikasi Huawei, AppGallery.
Upaya Huawei Perkuat Ekosistem
Lo Khing Seng juga telah mengakui bahwa mereka bukan
pekerjaan mudah untuk mengubah kebiasaan konsumen, yang biasanya bergantung
pada aplikasi Play Store menjadi ke AppGallery. Namun, Huawei juga tetap akan berusaha
keras agar bisa mengurangi ketergantungan tersebut, dan membuat konsumen dapat menjadi
terbiasa.
Huawei, katanya, akan terus menambah sejumlah aplikasi di
AppGallery. Sebelumnya pada September lalu, telah dilaporkan ada 45 ribu
aplikasi terintegrasi dengan HMS tersebut.
Dalam waktu dua bulan yang akan mendatang, Huawei
berencana menghadirkan 72 aplikasi lokal populer yang telah sering digunakan.
" Kami akan terus menambah aplikasi yang biasa di ekosistem kami, termasuk
aplikasi-aplikasi lokal yang populer di sini," tegas Lo Khing Seng.
Sama seperti aplikasi Play Store, AppGallery juga memiliki
beragam kategori aplikasi. Beberapa di antaranya adalah Games, Business,
Education, Finance, Photography, dan Kids. Selain hanya AppGaller, layanan lain
HMS adalah Huawei Browser dan Huawei Video.
Ditambahkan juga dengan aplikasi yang bernama Training
Director Huawei Consumer Business Group Indonesia, Edy Supartono, untuk
aplikasi Android yang belum ada di AppGallery, dan konsumen bisa mengunduh dari
toko aplikasi pihak ketiga. Menurutnya, sistem dari Huawei akan memastikan
keamanan dari aplikasi tersebut.
Aplikasi populer dari Android yang belum ada di
AppGallery yaitu antara lain Instagram, Facebook, WhatsApp. Di sisi lain, juga
sudah tersedia beberapa aplikasi lokal populer yang sudah tersedia yaitu Gojek,
serta layanan e-commerce Tokopedia, dan juga Blibli.
" Adapun untuk risiko keamanan beberapa aplikasi
dari toko aplikasi pihak ketiga, kami akan memastikannya untuk bisa aman dan
tepercaya terlebih dahulu. Sistem kami akan memindai aplikasi tersebut untuk
memastikan keamanannya," ucap Edy.