Serangan Taliban Bunuh Seorang Prajurit AS di Afganistan
Harian44 - Kabul - Militer Amerika Serikat (AS) mengumumkan seorang prajurnya tewas di Afganistan. Belum ada keterangan resmi terkait kematian prajurit itu, namun Taliban mengklaim bahwa mereka adalah pelakunya.
Dilaporkan Harian44, Senin (23/12/2019), Taliban mengaku mereka mengebom jalan di bagian utara provinsi Kunduz yang menewaskan prajurit itu. Jumlah prajurit AS yang tewas di Afganistan tahun ini pun bertambah menjadi 20
Meski demikian, militer AS belum menjelaskan identitas prajurit yang tewas maupun lokasi kematiannya. Sesuai aturan militer, keluarga korban harus diberitahu terlebih dahulu.
Baca Juga : Dirut PLN Akan Seger Diumumkan Sore Ini
Pihak Taliban ternyata sudah menyebar identitas pengenal prajurit yang tewas itu via Twitter. Selain itu, Taliban mengatakan ada prajurit AS lain dan prajurit Afganistan yang terluka serius.
Versi Taliban menyebut prajurit yang gugur terbunuh di distrik Chardara di bagian utara provinsi Kunduz. Di sana pasukan AS dan Afganistan sedang melaksanakan operasi bersama. Militer AS tak mau berkomentar mengenai hal itu.
Taliban sebetulnya telah mendominasi di setengah wilayah Afganistan, akan tetapi itu tidak menyurutkan aksi mereka untuk menanam peledak di jalanan. Korban yang jatuh tidak hanya dari militer AS, melainkan rakyat sipil Afganistan.
Bulan lalu, dua prajurit AS tewas di Afganistan karena pesawat mereka jatuh di timur provinsi Logar. Taliban mengaku bertanggung jawab atas peristiwa itu tetapi militer AS berkata pernyataan Taliban itu palsu.
Peperangan AS di Afganistan selama 18 tahun telah merenggut nyawa 2.400 prajurit AS. Presiden Donald Trump sudah berniat menarik mundur prajurit AS dari Afganistan
Diplomat Pilihan Trump Upayakan Perdamaian
September tahun lalu, Presiden Trump mengangkat Zalmay Khalilzad sebagai diplomat untuk perdamaian dengan Taliban. Foreign Policy mencatat Khalilzad telah melakukan sembilan kali mengarahkan pertemuan atantar AS dan Taliban.
Khalilzad adalah mantan diplomat Afganistan dan Irak. Ia juga pernah mewakili Afganistan di PBB dalam rangka rekonsiliasi.
Khalilzad pun menawarkan penarikan mundur 14 ribu pasukan AS dalam 16 bulan dengan syarat Taliban mencegah teroris menyerang AS dari wilayah Afgan. Namun, keputusan itu tidak diterima dengan baik dari pemerintah Afganistan dan sekutu Donald Trump, seperti Senator Lindsey Graham, yang menyebut Taliban tak bisa dipercaya.
Harian44 melaporkan awal bulan ini, Khalilzad kembali bertemu dengan perwakilan Taliban di Qatar. Pertemuan itu berfokus agar Taliban berjanji untuk mengurangi kekerasan. Tujuan utamanya adalah gencatan senjata permanen.
Taliban sejauh ini menolak untuk berbicara langsung dengan pemerintah Afganistan. Sementara, bulan lalu Presiden Donald Trump baru saja mengunjungi Afganistan untuk merayakan Thanksgiving bersama para tentara.